Mamat Metro

Mamat Metro

MAT TONGGOS



Oleh: Zaenal Radar T.

Sumber: Harian SEPUTAR INDONESIA, 10 September 2006



Ternyata, menjadi public figure tak harus wangi dan tampan. Menjadi artis terkenal tidak harus berkulit mulus, berwajah halus, dan berambut klimis. Semua itu berlaku bagi Mat Tonggos, nama beken buat Mamat Surahmat. Dan, tak ada yang tahu kenapa Mamat Surahmat lebih terkenal dengan nama Mat Tonggos. Disamping, ternyata nama Mat Tonggos lebih hoki dari pada Matias Mucas, nama yang pernah diusulkan salah seorang produser untuk dirinya. Barangkali karena Mat Tonggos memiliki gigi bagian atas yang tonggos alias maju beberapa senti ke depan, sehingga di mata penggemarnya  nama Mat Tonggos lebih melekat dan mudah diingat.
Mat Tonggos sangat beruntung memiliki kelebihan giginya itu. Sebab dalam setiap adegan sinetron yang dimainkan, gigi menjadi andalan baginya. Nampaknya, pemirsa televisi menyukai penampilan dirinya yang dianggap lucu dengan gigi atas yang berantakan tak terartur, menjorok ke depan, dan lebih panjang dari gigi-gigi yang dimiliki lawan mainnya di sinetron yang dibintanginya.
Mat Tonggos tak pernah menduga bila dirinya yang memiliki gigi tonggos, kini menjadi artis terkenal dan pada akhirnya punya harta melimpah. Namun apa yang kini diperolehnya bukan sesuatu yang mudah. Ia tidak mendapatkannya begitu saja, seperti bintang jatuh dari langit. Tak terkira perjuangan yang telah ia lakukan untuk bisa seperti sekarang ini, menjadi salah seorang selebritas papan atas.
Dulu sekali, Mat Tonggos gemar ikut rombongan lenong Betawi di kampung-kampung. Ketebulan,  pamannya adalah pemilik usaha hiburan tradisional itu. Mat Tonggos awalnya hanya ikut-ikutan. Setelah hampir setiap kali manggung selalu memperhatikan para panjak (pemain lenong) beraksi, Mat Tonggos sesekali ikut tampil, dengan maksud ingin coba-coba. Hingga pada suatu malam, saat salah satu panjak berhalangan hadir karena sakit, ternyata Mat Tonggos mampu menggantikannya. Sebab dalam setiap pertunjukkan, lenong tersebut memang kerap mengulang-ulang cerita yang dimainkan. Kalaupun ada cerita yang berubah, hanya beberapa bagian saja. Untuk adegan yang dimainkan Mat Tonggos, adegan pembuka dimulainya pertunjukkan lenong.
Diwaktu selanjutnya, tidak disangka-sangka, ternyata Mat Tonggos dipercaya untuk terus ikut ambil bagian dalam setiap acara pagelaran lenong. Bahkan para penonton sangat menunggu-nunggu aksinya di panggung. Mat Tonggos seperti menjadi maskot pertunjukkan. Penampilan Mat Tonggos selalu dielu-elukan.
Hanya saja, seiring berjalannya waktu, lenong Betawi sudah semakin jarang tampil di kampung-kampung. Hal itu berkenaan dengan semakin banyaknya jenis hiburan lain, seperti layar tancap, organ tunggal, orkes melayu, dan munculnya bioskop-bioskop di daerahnya.
Dengan begitu, Mat Tonggos dan para pemain lenong Betawi kehilangan penghasilan. Tetapi kehadiran televisi swasta pada akhirnya  memberikan keberuntungan bagi ‘aktor kampung’ macam Mat Tonggos. Karena dengan hadirnya beberapa stasiun televisi swasta, banyak pesanan rumah-rumah produksi membuat tayangan sinetron. Dan Mat Tonggos, sejak berhasil memerankan tokoh hansip pada produksi perdana, mendapat tawaran kontrak-kontrak untuk produksi selanjutnya. Bahkan dikemudian hari, wajahnya laku untuk tampil menjadi pelawak di hampir semua stasiun televisi. Dengan begitu, keberadaan Mat Tonggos diakui sebagai salah satu aktor komedi yang bisa disejajarkan dengan apa yang disebut artis atawa selebritis, yang layak masuk acara infotainment bila dirinya kawin lagi atau bercerai.
Saat ini Mat Tonggos menikmati hasil kerja kerasnya selama ini. Mobil lima, rumah tiga, istri dua dan segala keperluan terpenuhi. Bahkan Mat Tonggos sudah naik haji dua kali. Tetapi, nampaknya Mat Tonggos belum merasa sukses menjadi manusia. Apa boleh buat, Mat Tonggos rupanya jenis manusia yang tak pernah puas dengan apa yang telah diraihnya.
Akhir-akhir ini Mat Tonggos merasa menjadi manusia yang kurang beruntung. Persoalannya terletak pada giginya yang tonggos alias mancung ke depan. Tiba-tiba Mat Tonggos menjadi benci pada giginya. Padahal ia sadar, gigi-nyalah yang menjadi andalan dalam setiap penampilan. Setiap kali lawan mainnya menyinggung-nyingung soal giginya yang tonggos, penonton selalu menjadi gerr. Tertawa terbahak-bahak. Padahal mungkin sudah ratusan kali, atau bahkan ribuan kali lawan mainnya menyinggung, atau lebih ekstrimnya; mencela, perihal gigi bagian atas milik Mat Tonggos yang maju ke depan. Tidak seperti yang ia rasakan di masa-masa lalu, kini Mat Tonggos merasa sakit hatinya bila orang-orang tertawa mendengar lawakan lawan mainnya yang menyinggung-nyinggung soal giginya.
Oleh karena itu, Mat Tonggos mulai berpikir untuk mempermak giginya yang tonggos sebagaimana gigi artis papan atas lainnya yang tidak tonggos. Apa salahnya menjadi artis terkenal yang tidak tonggos seperti dirinya. Bila sudah begitu, ia tak perlu memakai nama Mat Tonggos. Barangkali ia akan mengganti namanya menjadi Matt Damon, atau seperti aktor Hollywood lainnya yang juga bernama depan Mat, Mat Dillon!
Yeah, hal itu sudah dipikirkan masak-masak oleh Mat Tonggos. Biaya bukan menjadi masalah. Mat Tonggos punya banyak uang untuk mewujudkan keinginannya. Jalan operasi adalah hal yang paling mungkin, ketimbang pergi ke dukun atau peramal tentunya. Dengan kemajuan teknologi abad ini, rasanya bukanlah sesuatu yang sulit merombak gigi-gigi Mat Tonggos. Sebagaimana dengan begitu mudahnya seorang artis mengecilkan payudara, menambah ujung hidung, atau mengecilkan lengan tangan.
“Saudara sudah siap menanggung segala konseskuensinya, bila gigi saudara benar-benar dioperasi?” tanya lawan mainnya di salah satu sinetron, yang tak lain orang yang memberikan rujukan sebuah rumah sakit di Singapura.
“Jack, apa yang gue lakuin ini, tentu aja udah gue pikirin mateng-mateng. Gue pikir nggak jadi persoalan kalo cuman ngerombak gigi gue ini. Gue yakin, gue nantinya malah bisa lebih kesohor kalo punya gigi normal. Lagian, gue kan juga pingin ganteng kayak artis-artis lainnya...”
“Baiklah kalau begitu. Kalau sudah selesai mengurus paspor, saudara bisa langsung berangkat ke Singapura. Saya sudah menelpon salah satu teman saya di sana. Nanti izin saja sama produser. Minta cuti untuk dua atau tiga episode,” ujar sang rekan.
Keesokan harinya, setelah selesai mengurus paspor dan segala sesuatunya, dengan diantar oleh salah satu rekannya yang lain, Mat Tonggos berangkat ke Singapura untuk melakukan operasi gigi. Mat Tonggos sengaja merahasiakan keinginan luhurnya ini pada semua orang, kecuali pada kedua rekan seprofesinya. Mat Tonggos ingin membuat kejutan pada semua orang terutama penggemar-penggemarnya
Ternyata, tidak sulit bagi dokter di Singapura untuk merombak gigi Mat Tonggos. Dalam waktu kurang dari tiga hari, operasi bisa dilakukan dengan baik dan lancar. Gigi-gigi bagian atas dan bawah Mat Tonggos yang tadinya tidak karuan bisa dirubah menjadi gigi-gigi yang indah sebagaimana layaknya gigi model atau artis pujaan remaja. Bahkan keinginan Mat Tonggos untuk dibuatkan gigi gingsul pada bagian samping kiri giginya dikabulkan!
Dalam waktu sekitar tiga minggu, Mat Tonggos sudah kembali berada di Jakarta untuk tampil menjadi bintang baru, seorang bintang yang mungkin akan menjadi salah satu pujaan gadis-gadis pecinta sinetron!  Mat Tonggos berencana mengganti namanya menjadi Mat Demon. Sengaja agak kebarat-baratan, disesuaikan dengan perubahan bentuk giginya yang sudah tidak tonggos lagi. Sekalin dimirip-miripkan dengan nama aktor laga pujaannya, yang pernah bermain di sekuel The Bourne Identity dan The Bourne Supremacy, Matt Damon! 
Setelah bekerja keras merombak giginya yang tonggos di Singapura, apa yang diupayakan Mat Tonggos...aeh Mat Demon, tidak seperti yang diingikannya. Orang-orang nampaknya tidak mengenali Mat Demon. Meski pada akhirnya Mat Demon telah mati-matian meyakinkan semua orang bila dirinya pernah menjadi  Mat Tonggos, orang tidak percaya. Produser, sutradara, bahkan para crew, tidak yakin bila Mat Demon sesungguhnya adalah tak lain dan tak bukan Mat Tonggos.
“Sungguh mati Pak, saya ini dulunya Mat Tonggos. Coba deh tanya aja sama si Soleh, teman saya yang ikut mengantar saya ke Singapur!”
“Ah, masak sih? Kemarin itu kan Mat Tonggos berangkat ke Haji lagi? Atau mungkin lagi ngurusin bini mudanya yang lain, kali..?”
“Kalau nggak percaya, tanya aja sama Anjas Asmaradana! Temen main saya di Sinetron Si Cantik dan Si Buruk Sekali! Dia tahu  kok, kalo saya mau rombak gigi saya?”
Maka rekan Mat Demon itu pun dimintai keterangan. Dan akhirnya orang-orang percaya bila Mat Tonggos yang sudah mengganti namanya menjadi Mat Demon ini memang pernah menjadi salah satu aktor papan atos pesinetronan. Hanya saja, Mat Demon tidak mungkin bermain di sinetron yang sedang diproduksinya, mengingat apa yang dilakukannya itu tidak sesuai dengan karakter dan peran yang dimainkannya. Bahkan yang terjadi dikemudian hari, produser menuntut ganti rugi pada Mat Demon, karena dianggap telah menghilangkan karakter yang sudah terbentuk di beberapa sinetron yang dibintanginya.
“Nggak lucu dong,. Laki-laki yang giginya tonggos tiba-tiba menjadi rapih seperti ini? Apa nantinya kata penonton kita? Selama ini kita sudah seringkali gonta-ganti pemain. Tetapi lelaki tonggos yang berperan sebagai mertua yang kaya raya dan lucu itu nggak bisa dihilangkan begitu saja. Jadi sekarang coba deh cari gantinya, orang yang giginya tonggos! Untuk sementara, kita cari orang lain yang giginya tonggos. Biar aja wajahnya dimirip-miripkan!”
“Nasib saya bagaimana, Pak...?” tanya Mat Tonggos alias Mat Demon, sambil tersenyum seolah hendak memperlihatkan perubahan yang terjadi pada gigi-giginya.
“Seperti yang saya katakan sebelum ini, saudara harus membayar ganti rugi dua puluh episode yang belum diproduksi, sesuai dengan kontrak yang sudah saudara tandatangani...!”
Mat Demon tersenyum mendengar tuntutan produser. Mat Demon dengan lapang dada bersedia memenuhi apa yang diinginkan sang produser. Dan nampaknya, apa yang dilakukan sang produser, diikuti oleh produser-produser lainnya yang kecewa karena merasa ditipu mentah-mentah oleh Mat Demon! Mat Demon memang terlanjur membuat kontrak-kontrak sejak giginya masih tonggos.
Harta Mat Demon nyaris tak tersisa untuk membayar setiap ganti rugi yang harus dipenuhi. Namun Mat Demon tidak merasa sedih. Mat Demon tetap gembira. Karena sejak saat itu tak ada orang yang ‘menghinanya’. Setiap kali melihat wajahnya dalam siaran ulang televisi yang menayangkan sinetron yang dimainkan oleh Mat Tonggos, Mat Demon tersenyum. Mat Demon tak pernah merasa menjadi Mat Tonggos. Mat Demon ingin mengubur masa lalunya.
Seiring berjalannya waktu, di kemudian hari Mat Demon jatuh miskin. Tak ada satu produksi pun yang mau menerimanya. Padahal Mat Demon sudah susah payah mengikuti casting. Ternyata semua orang seperti tak mau mengenali dirinya, yang pernah bermain lebih dari dua puluh judul sinetron.
Dengan sisa uang tabungannya, Mat Damon menemui rekannya, yang dulu mengantarnya operasi gigi.
“Ada apa bang!” tanya rekannya.
“Besok anter gue ke Singapura!”
“Maksudnya??”
“Gue minta dioperasi lagi!!”
“Kok..?!”
“Nggak usah banyak tanya! Cepat siapkan semua keperluan kita!”
Maka berangkatlah Mat Demon ke Singapura. Setibanya di Singapura, Mat Demon langsung masuk kamar operasi. Tiga minggu kemudian, Mat Demon balik ke Jakarta dan kembali merubah namanya menjadi Mat Tonggos!
Semua orang yang pernah melihatnya di televisi tentu tak lagi merasa pangling bila melihat wajah Mat Tonggos yang begitu familiar. Bahkan, baru tiba di bandara saja, salah seorang perempuan mengenalinya, “Mat Tonggos, ya?!  Minta tandatangannya, doooong..!!!”***
*)Pamulang, 10 Februari  2006
Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...