Cerpen Zaenal Radar T.
Dimuat majalah anak-anak Kreatif, No. 02 Thn 2005
Dimuat majalah anak-anak Kreatif, No. 02 Thn 2005
gbr.www.filckr.com |
Adikku paling takut melihat
ondel-ondel! Baru mendengar suara
pengiringnya saja ia langsung menjerit masuk rumah. Entah mengapa ia jadi begitu. Padahal teman-teman seusianya malah senang
bila ada Ondel-ondel.
“Huuu... Mama...
atuuuttt....!” begitulah teriaknya bila melihat ondel-ondel.
Ondel-ondel yang
ditakuti adikku tidak sebagus ondel-ondel yang pernah kulihat di Pekan Raya
Jakarta. Tetapi bentuk dan tingginya
hampir sama. Ondel-ondel itu lebih
tinggi dari pagar rumahku. Ia datang
setiap akhir pekan, mengamen keliling kompleks perumahanku.
Ondel-ondel yang sering
mengamen di sekitar kompleks perumahanku ada dua. Yang satu berdandan pakaian laki-laki dan satunya perempuan. Pakaian mereka pakaian adat Betawi. Yang laki-laki perutnya lebih besar. Yang perempuan ditandai dengan rambutnya yang
panjang dan memakai bando kawat seperti sapu lidi. Mereka berpasangan seperti om dan tante.
Ondel-ondel itu
berlengak-lenggok, menari, berjoged, mengikuti irama gendang dan gong
pengiringnya. Ya, Ondel-ondel itu selalu
diiringi dua orang pemusik yang masing-masing memainkan gendang dan gong. Pengiringnya berjalan di belakang Ondel-ondel
itu sambil memainkan musik tarian.
Suara musik pengiring itulah yang
menjadi tanda akan datangnya Ondel-ondel.
Bila adikku mendengarnya, sebelum tahu pasti akan datangnya Ondel-ondel
itu, ia bersembunyi di dalam kamar. Ia
takut sekali pada Ondel-ondel itu!
Oleh sebab itu, ketika adikku
bandel, orang-orang di rumah menakut-nakutinya dengan Ondel-ondel.
“Awas ya, Vid! Nanti ibu bawa ke Ondel-ondel baru tahu
rasa!” kata ibu, sewaktu adikku David tak mau mandi.
“Jangan bandel,
Vid! Nanti bibi kasih ke Ondel-ondel,
lho?!” gertak bibi pada David, saat David memanjat pohon yang licin.
“David jangan main di
luar rumah terus, panas. Nanti ada
Ondel-ondel!”
Dan David yang bandelnya
minta ampun itu langsung menurut bila ditakut-takuti Ondel-ondel. Kalau tidak begitu, jangan harap ia mau
menurut. Dasar adikku memang bandel!
***
Suatu hari Ondel-ondel
itu datang lagi keliling kompleks.
Seperti biasa, sepasang Ondel-ondel itu berjoged dan menari. Orang-orang yang menonton, yang terdiri dari
anak-anak dan orang dewasa, memberikan uang receh ke kantung yang terletak di
pinggang Ondel-ondel. Kantung itu memang
dipersiapkan untuk menerima sumbangan penonton.
Setiap kali diberi uang,
Ondel-ondel itu berhenti menari, lalu membungkuk memberikan hormat pada orang
yang memberikan uang. Aku sendiri selalu
memberikan uang receh di pinggang ondel-ondel itu. Dan setiap kali berdekatan, aku tak pernah
lupa melirik ke sebuah kotak yang terdapat di perut Ondel-ondel itu. Kotak itu bolong, sebesar tempat pensil,
tempat di mana sepasang bola mata bersarang.
Di dalam Ondel-ondel itu terdapat sepasang mata manusia! Mungkin
adikku tidak tahu bila di dalam Ondel-ondel
yang tinggi besar itu ada orangnya!
Di lain hari adikku berpapasan
dengan Ondel-ondel itu di tengah jalan!
Adikku menjerit-jerit seperti
orang melihat setan. Aku pernah melihat
orang dikejar setan meski hanya di layar televisi.
Mengetahui ada seorang
anak yang ketakutan, salah satu Ondel-ondel itu malah merunduk mendekati adikku. Lalu berjongkok dan keluarlah tubuh seseorang
dari dalam Ondel-ondel itu! Orang dari
dalam tubuh Ondel-ondel itu terpaksa mendiamkan adikku. Bahkan adikku diberinya gula-gula!
Akhrinya adikku pulang
ke rumah diantar oleh rombongan Ondel-ondel!
Dan sejak saat itu adikku tak lagi takut sama yang namanya
Ondel-ondel. Bahkan, setiap kali
Ondel-ondel datang, ia yang selalu memasukkan uang receh di kantung yang
terletak di pinggang Ondel-ondel.
Sejak adikku tak lagi
takut pada Ondel-ondel, orang-orang rumah tak punya alasan menakut-nakuti adikku
bila ia bandel. Lagipula, kata
ayah, sebenarnya menakut-nakuti anak
kecil itu tidak baik!***
0 comments:
Posting Komentar