Cerpen Zaenal Radar T.
Sumber: basabasi.co [18 Februari 2022]
illustrasi: REPUBLIKA
Markum bisa melihat dan mendengar doa-doa yang dipanjatkan setiap orang yang berada di dalam mushola dekat rumahnya. Di atas kepala setiap pendoa, bisa dilihatnya dengan jelas, mengetahui apa-apa yang diminta setiap orang. Doa-doa itu biasanya diucapkan dalam hati setelah solat, atau di saat seseorang sujud pada rakaat terakhir. Wujudnya seperti potongan gambar-gambar diikuti dengan suara rendah penuh harap, tepat di atas kepala, yang terlihat seperti kita menonton berita atawa sinetron di televisi.
Markum senang dengan kemampuan yang secara tidak sengaja
didapatnya setelah dia tidur seharian di samping mushola, setahun lampau. Tapi
lama kelamaan, Markum bosan dan ingin membuangnya jauh-jauh, supaya dia kembali
normal senormal-normalnya, tak bisa melihat dan mendengar apa yang diminta
setiap pendoa seperti sebelumnya. Markum menyadari pada akhirnya dia tidak lagi
bisa khusuk beribadah, pikirannya menjadi berantakan karena terlalu sibuk memikirkan
doa-doa orang lain. Tetapi Markum tidak tahu bagaimana caranya menghilangkan
kemampuan aneh yang tidak pernah dia inginkan itu.
Sudah setahun ini, setiap kelar solat, Markum jadi tidak lagi khusuk berdoa. Dia malah sibuk
memperhatikan doa-doa jamaah mushola lainnya, yang meminta ini dan itu,
berharap Tuhan mewujudkan keinginan mereka. Selain doa-doa minta diselamatkan
hidup di dunia dan akhirat, banyak lagi serentetan doa-doa yang dipanjatkan. Yang
tampak di atas kepala para pendoa.
Pada mulanya Markum menikmati kemampuannya bisa melihat dan
mendengar doa di atas kepala setiap orang. Markum jadi tahu apa saja keinginan
para tetangga yang solat di mushola dekat rumahnya. Dia tahu kalau Nurhasan,
tetangga yang masih ngontrak di rumah Haji Sarkih, ingin sekali punya rumah
sendiri. Markum bisa melihat pada kepala Nurhasan yang sedang berdoa, ada gambar
rumah yang diinginkan Nurhasan. Gambar sebuah rumah besar, bukan kontrakan
sempit kotak sabun seperti yang saat ini
dihuninya. Gambar itu begitu nyatanya, gambar yang sering muncul setiap kali Nurhasan
berdoa, dengan diikuti suara memohon yang terdengar santun dan khidmat,
menginginkan rumah besar itu.
Selepas keluar mushola, Markum ingin sekali berpesan
kepada Nurhasan, kalau dia ingin memiliki rumah besar itu, berhentilah jadi
kontraktor alias pindah-pindah rumah kontrakan. Sebaiknya dia bekerja yang
benar. Jangan sebentar-sebentar berhenti, supaya dia mendapat kerjaan yang ajeg
dan bergaji besar sehingga bisa menabung dan dapat mewujudkan keinginannya.
Tapi tentu saja keinginan Markum membicarakan hal itu dia simpan dalam-dalam. Markum
khawatir Nurhasan tahu kalau dirinya bisa mengetahui apa yang diminta Nurhasan
setiap kali berdoa.
Lain lagi doa anak muda bernama Ridwan, pemuda yang
sehari-hari hobinya mancing di danau belakang sebuah mal. Markum bisa melihat dan
mendengar doa-doa di atas kepalanya, seorang gadis dambaan yang ingin
dipersunting. Ridwan rupanya ingin Tuhan mewujudkan keinginnya punya istri yang
cantik. Dan Markum sebenarnya ingin sekali menasehatinya, supaya Ridwan
berhenti mancing dan mencari penghasilan tetap. Sebab Markum khawatir sulit bagi
Ridwan mendapatkan perempuan untuk dijadikan istri, apalagi perempuan cantik,
yang calon suaminya masih menganggur dan hobinya setiap hari memancing di danau.
Yang menggelikan doa Bang Sarman. Doa yang bisa dilihat dan
didengar Markum di atas kepalanya adalah minta istri lagi. Entah kenapa Bang
Sarman memanjatkan doa begitu. Padahal dia sudah punya dua istri dan keduanya
tidak hidup bahagia. Markum tahu kalau keluarga Sarman sering cek cok soal
banyak hal. Bagaimana kalau ditambah satu istri lagi? Di akhir doa Sarman
pernah berkata kepada Tuhan, Ya Allah… kabulkanlah agar aku mendapatkan istri
satu lagi, siapa tahu dia ini berbeda dengan kedua istriku sebelumnya. Hahaha,
pandai sekali Sarman merayu Tuhannya.
Doa Sarmadan lain lagi. Lelaki yang sehari-hari bekerja
sebagai karyawan rendahan bank swasta itu ingin membeli mobil baru. Selama ini
dia ke kantor naik sepeda motor. Sarmadan meminta kepada Tuhan agar gajinya
dinaikkan. Dia berharap Tuhan menggerakan hati atasannya, supaya menaikkan
gajinya yang masih UMR jadi berlipat-lipat. Alasan punya mobil karena dia punya
tiga anak yang masih kecil-kecil, jadi kalau naik sepeda motor sempit umpel-umpelan. Dia dan satu anaknya saja
sudah terasap ngap, apalagi kalau
sampai ditambah memboncengi dua anak yang lain.
Setelah melihat dan mendengar doa-doa Sarmadan, Markum
membuktikan sendiri saat keluarga Sarmadan hendak kondangan ke hajatan kerabat
mereka. Sarmadan dan istrinya naik motor membawa ketiga anak yang masih
kecil-kecil. Anak terbesar yang berumur 10 tahun naik paling depan, anak kedua
umur 8 tahun di tengah, dan bayinya dipangku sang istri. Markum rasa wajar
kalau Sarmadan berdoa minta mobil. Tapi tentu tidak mudah doa ini terkabulkan
kalau dari mengandalkan gajinya. Markum ingin sekali menasihatinya, agar Sarmadan
berhenti berdoa punya mobil, karena Sarmadan
dan keluarganya bisa menggunakan jasa sopir online.
Markum pernah mendengar Sarmadan curhat. Gajinya selama ini pas-pasan.
Gali lobang tutup lobang. Rumah masih satu atap dengan mertua. Ketiga anaknya
menyusu formula yang harganya tidak murah, itu artinya tidak menyusu dengan air
susu ibu yang gratis. Selain itu, istrinya gemar bersolek sejak melahirkan anak
ketiga. Sering gonta ganti
sepatu dan baju, yang dia beli secara online. Memang sih tidak begitu mahal.
Tapi kalau terlampau sering tentu akan menguras dompet Sarmadan. Semua itu
diceritakan Sarmadan kepada Markum.
Sewaktu bercerita Sarmadan katakan dia ingin membeli
mobil murah, yang seken juga tidak apa-apa. Markum hanya tersenyum mendengarnya.
Tanpa Sarmadan bercerita, Markum sudah tahu. Karena Markum sering melihat
Sarmadan berdoa minta mobil. Terutama pada solat Isya dan Subuh, sebab kalau
solat lain Sarmadan tidak melakukannya di mushola dekat rumah. Mungkin dia
solat di sekitar bank tempatnya bekerja.
***
Setiap kali bercakap-cakap dengan sesama jamaah yang
kerap solat di mushola dekat rumahnya, Markum selalu was-was. Markum khawatir
mereka mengetahui kalau sebenarnya Markum tahu isi setiap doa-doa yang
dipanjatkan para jamaah. Pernah Markum keceplosan pada Tarmiji sewaktu dia
curhat soal istrinya. Markum pernah menyarankan Tarmiji pikir-pikir punya keinginan
menceraikan istrinya. Markum tahu, setiap berdoa Tarmiji selalu meminta
petunjuk agar bisa menceraikan istrinya yang genit dan sering susah diatur.
Pernah juga Markum kelepasan ngomong dengan tetangganya
yang lain, Pak Remon. Waktu itu Pak Remon ingin meminjam uang lumayan besar,
tapi dia ragu melakukannya. Pak Remon berharap Tuhan bersedia membolak balik
hati istrinya, agar dia bisa diperbolehkan menjual tanah warisan istrinya. Pak
Remon meminta kepada Tuhan berupa doa-doa agar keinginannya dikabulkan. Dia
sedang membutuhkan modal besar untuk usaha sewa alat-alat pesta. Markum
menyarankan Pak Remon menggadaikan surat rumahnya saja, ketimbang menjual tanah warisan istrinya. Pak Remon
waktu itu tersentak, mungkin dia berpikir, kok Markum tahu kalau sebenarnya Pak
Remon ingin menjual tanah warisan istrinya? Padahal Pak Remon belum pernah
bercerita soal itu kepada Markum.
Sejak saat itu, Markum jadi lebih berhati-hati dengan
lawan bicaranya, terutama orang-orang yang menjadi jamaah solat di mushola
dekat rumahnya itu.
***
Markum yang masih
lajang di usianya yang sudah semakin matang sehari-hari menunggu warung
kelontong milik keluarga. Sudah sejak lama Markum jatuh hati pada Elliza, gadis
dari adik teman semasa kecil yang sekarang tumbuh semakin cantik. Elliza anak
tetangga sebelah yang baru pindah kerja di kota lain. Elliza perempuan soleha
yang belakangan sesekali solat di mushola. Markum jadi penasaran, kalau Elliza
berdoa, kira-kira apa yang dia minta.
Akhirnya selepas solat berjamaah di mushola, Markum
memberanikan diri mengintip ke shaf jamaah perempuan dengan berpura-pura menyapu
lantai mushola, dan merapihkan ini itu di bagian belakang, agar dia bisa
melihat doa-doa apa saja yang dipanjatkan gadis cantik pujaan hatinya tersebut.
Kebetulan marbot mushola sedang pulang kampung. Jadi Markum bisa berpura-pura
membantu membersihkan mushola.
Markum heran, karena setelah selesai solat, Elliza tidak
berdoa seperti jamaah perempuan lainnya. Markum secara tidak sengaja malah
melihat doa perempuan di sebelah Elliza. Nama perempuan itu Shakila, gadis
keturunan Arab berhidung pesek. (Soal Shakila tidak mungkin diceritakan di
sini, khawatir akan makan banyak halaman. Kita kembali kepada soal Markum yang ingin
mengetahui doa-doa perempuan yang ditaksirnya). Beruntung yang diinginkan Shakila
dalam doa-doanya adalah ingin mendapatkan jodoh lelaki kaya raya, dan tidak berdoa
minta lelaki penunggu toko kelontong.
Markum tidak putus asa. Markum akan melihat Elliza berdoa
selepas solat jamaah di waktu lain.
Markum yakin, pasti perempuan cantik dan soleha itu akan memanjatkan doa
selepas solat, tidak seperti saat ini. Dan benar saja. Bakda solat isya
berjamaah, Markum melihat Elliza duduk bersimpuh di atas sajadah, dan terlihat
doa-doa Elliza berada di depan Kabah. Tergambar dengan jelas Elliza mengenakan
pakaian ihram, dan sedang berthawaf mengelilingi Ka’bah. Elliza ingin naik haji.
Suatu sore Elliza
berbelanja barang kebutuhan di warung kelontong yang dijaga Markum. Sebelum
Elliza membayar, Markum berpura-pura melihat-lihat telpon selululernya, seolah
dia lagi melihat gambar Ka’bah. Saat Elliza membayar, Markum katakan kepada gadis
cantik itu kalau dia ingin membawa seseorang yang akan menjadi istrinya naik
haji. Elliza tersentak mendengarnya, lalu dia tersipu malu.
Sejak saat itu Elliza jadi sering berbelanja ke toko
kelontong yang dijaga Markum. Pernah Elliza membeli barang yang sama di hari
yang sama. Sewaktu Markum tanyakan, barang yang dia beli sebelumnya dia katakan
langsung rusak. Maka Elliza membeli yang baru. Dan saat setiap kali berbelanja
itulah Elliza dan Markum mengobrol, saling bertukar cerita, termasuk mengingat
masa-masa lucu saat mereka masih kanak-kanak.
Sampai akhirnya hubungan Markum dan Elliza terendus oleh
orangtua Elliza, yang sudah sejak lama tidak menyukai Markum. Menurut orangtua
Elliza, meskipun berwajah tampan, Markum pemuda pemalas dan tidak punya keinginan.
Masak sekolah hukum bukan menjadi pengacara atau jadi hakim. Malah jadi penunggu toko
kelontong.
Ungkapan orangtua Elliza tidak lantas membuat Markum
kecewa atau marah. Markum justru penasaran, kira-kira doa-doa apa saja yang
dipanjatkan orangtua Elliza. Sayangnya, kedua orangtua Elliza jarang ke
mushola.
***
Suatu hari Markum perei menunggu toko kelontong. Markum
jalan-jalan ke tempat bekas teman kuliahnya yang pindah ke kota lain, sahabat
semasa kecil bersama-sama Elliza. Markum tahu, sahabatnya ini juga dulu naksir
pada Elliza. Beruntung sahabat dekatnya ini sudah menikah dan baru saja punya
momongan. Dengan begitu, sejauh ini Markum merasa tidak punya saingan. Markum
main ke rumah sahabatnyapun dengan alasan ingin memberikan kado untuk kelahiran
anak sahabatnya itu. Tetapi saat mengobrol, ternyata sang sahabat masih
menyimpan rasa sukanya pada Elliza. Dia bilang, cinta pertama itu sulit
dihapuskan dari ingatan.
Saat waktu azan berkumandang, Markum diajak solat di
masjid dekat rumah sahabatnya itu. Markum terkejut. Selepas solat berjamaah,
dia bisa melihat doa-doa yang dipanjatkan semua jamaah. Ternyata Markum tidak
hanya bisa melihat doa-doa yang diminta jamaah di mushola dekat rumahnya saja. Doa-doa
itu terlihat jelas pula di atas kepala semua jamaah di masjid ini. Markum
sempat melihat doa-doa di atas kepala sahabatnya. Doa-doa itu tidak terdengar
dengan jelas, sehingga Markum tidak tahu apa yang diinginkan sahabatnya dengan
doa-doanya itu. Markum hanya bisa melihat di atas kepala sahabatnya, ada Elliza
sedang tersenyum manis sekali.***
Tangerang Selatan,
2021
0 comments:
Posting Komentar