Pusat
Sejarah TNI melalui program GENTA BANGA (Gerakan Cinta dan Bangga Sejarah Tanah
Air Bangsa Indonesia) bekerjasama dengan Alamanda Production mempersembahkan sebuah
film berjudul GENTA ‘Ayo Ke Museum’. Film yang juga disutradarai oleh Alex
Latief ini adalah film drama yang bercerita tentang petualangan Genta bersama
para sahabatnya Cinta, dan Danar dalam perjalanan menuju ke museum.
Genta
bersama dua sahabatnya tersesat ketika meninggalkan bus yang mogok di jalan.
Pak Arif, guru yang membawa rombongan siswa SMP untuk study tour ke museum Keprajuritan TNI, tidak menyadari bahwa Genta, Cinta, dan Danar belum ikut naik kedalam bus, ketika bus sudah bias melanjutkan perjalanan.
Pak Arif, guru yang membawa rombongan siswa SMP untuk study tour ke museum Keprajuritan TNI, tidak menyadari bahwa Genta, Cinta, dan Danar belum ikut naik kedalam bus, ketika bus sudah bias melanjutkan perjalanan.
Ketiga
sahabat yang kebingungan tersebut mulai panic ketika Danar yang kakinya sedang sakit
tidak lagi kuat berjalan. Beruntung mereka bertiga bertemu dengan Pak Wahyu,
seorang lelaki paruh baya yang sebelumnya juga pernah di tolong oleh Genta dan
kedua sahabatnya ketika mobilnya mogok.
Pak
Wahyu yang bekerja di Museum Satria Mandala membawa Genta dan kedua sahabatnya berkunjung
ke Museum Satria Mandala sebelum mengantarkan mereka kembali ketempat rombongan
study tour di museum keprajuritan TNI.
Di
museum Satria Mandala, Genta kembali menemukan sebuah cerita petualangannya dalam
menyelamatkan peti harta karun yang tersimpan di dalam museum. Bersama dengan seorang
prajurit yang berasal dari patung yang hidup di dalam museum, Genta melawan tiga
orang pencuri yang berniat ingin mengambil dan menguasai peti harta karun.
Sampai akhirnya Genta terbangun dan menyadari itu hanyalah mimpi dan setelah mendiskusikan mimpi tersebut dengan kedua sahabatnya. Genta meyakini bahwa mimpi tersebut adalah sebuah petunjuk, bahwasanya sejarah yang tersimpan di dalam museum adalah harta berharga yang harus mereka jaga sebagai generasi penerus bangsa agar tidak diambil, dicuri atau diganti oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sampai akhirnya Genta terbangun dan menyadari itu hanyalah mimpi dan setelah mendiskusikan mimpi tersebut dengan kedua sahabatnya. Genta meyakini bahwa mimpi tersebut adalah sebuah petunjuk, bahwasanya sejarah yang tersimpan di dalam museum adalah harta berharga yang harus mereka jaga sebagai generasi penerus bangsa agar tidak diambil, dicuri atau diganti oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sebagai
film literasi yang juga bermuatan sejarah dan pendidikan, Amanda Latief, selaku
produser di Alamanda Production menggagaskan film Genta ‘Ayo KeMusuem’ kepada
Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan & Kebudayaan agar
bekerjasama dengan Pusat Sejarah TNI untuk men-sosialisasikan film ini kepada masyarakat. Dan gagasan inipun disambut baik oleh Kepala Pusat Pengembangan Perfilman
Kementerian Pendidikan &Kebudayaan, Bapak Dr. Maman Wijaya.
Dalam
sosialisasi film yang dilaksanakan tanggal 30 Desember 2019. Pusat Sejarah TNI
yang mengadakan nonton bareng dan pemutaran film GENTA ‘Ayo Ke Museum’ di
Jakarta Theater XXI, menyerahkan materi film kepada Pusat Pengembangan Perfilman
agar bias disosialisasikan pada tahun mendatang di bioskop keliling dan
komunitas perfilman yang bernaung dibawah Pusat Perfilman Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.***
(Press Realese)
0 comments:
Posting Komentar