Mamat Metro

Mamat Metro

Rahasia Si Cupu

Cerpen  Zaenal Radar T.
Dimuat di tabloid Keren Beken,  Th.XI  11-24 Juli 2011




            Setiap kali Regina melintas kelas sebelah, anak-anak cowok langsung teriak, “Wooy... si Cupu lewaaat...” dan semua anak berebut ingin melihat. Setelah itu mereka pun memberi komentar;
“Hmm... sepatunya boleh juga. Tapi, haknya kurang tinggi dikit...!”
“Seragamnya lumayan licin daripada kemarin...”
“Tapi kok, rambutnya udah nggak dikepang lima lagi...?!”
“Kacamatanya kurang tebel...”
“Bibirnya kok manyun gitu...?”
“Hahaha....”
foto: www.bintang.com
 Regina nggak peduli sama ejekan anak-anak cowok itu. Regina terus berjalan melintasi koridor kelas sambil tersenyum dalam hati. Berikutnya, tibalah  saatnya Regina melintasi kantin sekolah.  Kantin ini terletak di sebelah studio latihan band. Di situ anak-anak cowok biasanya pada nongkrong sehabis latihan. Kebanyakan dari mereka mulutnya suka iseng bila ada anak cewek melintas. Apalagi cewek berpenampilan cupu alias ‘culun punya’ kayak Regina,  bakalan habis dikuliti mereka.
Kemarin siang pas istirahat sekolah Regina lewat dan anak-anak cowok itu habis-habisan mentertawakannya. Regina senang sekali diperlakukan begitu. Makanya, kali ini Regina kembali melintasi kumpulan anak-anak cowok itu. Diantara anak-anak cowok itu ada yang Regina kenal. Namanya Ardan. Uh, kalau tahu Ardan sekolah di sekolah barunya ini, nggak mungkin Regina mau sekolah di sini.
Tapi saat ini Ardan yang keren bin tampan itu nggak mungkin bisa mengenali Regina lagi! Makanya, Regina hepi banget. Regina senang akan apa yang ia lakukan di sekolah barunya ini, yakni menjadi cewek cupu!!
“Wooy... ada cewek antik!!” teriak salah satu cowok, ketika Regina mulai menginjakkan kakinya di depan kantin. Anak-anak cowok lain pun segera berhamburan memberikan perhatian. Salah satu cowok, yang tubuhnya paling kerempeng, mendekati Regina. Si  Kerempeng mencoba menghalang-halangi langkah Regina sambil senyam-senyum genit. Si Kerempeng menggoda. Regina pasang tampang galak dan menatap si kerempeng dengan tatapan sebal.
“Ciee... si cupu bisa marah juga rupanya...!??” ujar si Kerempeng.
Regina nggak peduli, terus memelototi si Kerempeng.
“Minggir lo!!” teriak Regina, sambil mendorong tubuh si Kerempeng, hingga tubuhnya yang kerempeng nyaris jatuh ke selokan depan kantin. Anak-anak cowok lainnya tertawa. Si Kerempeng nampaknya tidak terima. Si Kerempeng kembali mendekati Regina dan berhasil menangkap tangan Regina.
Dari pintu studio, Ardan tampak bingung melihat si cowok kerempeng memegangi cewek berpenampilan cupu. Sementara si Cupu tampak tak berkutik. Anak-anak cowok lainnya yang duduk di bangku kantin ikut mengerubungi si Cupu. Mereka bersorak-sorak ketika si Cupu menjerit setiap kali si Kerempeng mencoba menyentuh dagu si Cupu.
“Heheh, Si Cupu bisa marah juga yah...?!” teriak salah satu cowok.
“Deuu, pake pura-pura marah lagi...?! Padahal seneng tuh digodain!”
Anak-anak cowok tersebut mencoba memegang tangan dan tubuh si Cupu sambil tertawa-tawa. Si Cupu menjerit-jerit seraya menghindar. Saat semua cowok semakin mendesak si Cupu ke salah satu sudut koridor depan kantin, Ardan segera menyibak kerumunan dan menyingkirkan anak-anak cowok itu satu persatu.
 “Eh, apa-apaan sih lo!! Minggir lo semua!!” teriak Ardan.
Anak-anak memandang Ardan dengan tatapan heran. Setelah itu mereka mundur satu persatu. Semua anak cowok nggak mungkin berani menghadapi Ardan. Ardan cowok yang sangat disegani sekaligus ditakuti.
Saat semua anak cowok menyingkir, Regina si cewek cupu itu, mulai menangis sesegukan. Regina nggak pernah menduga kalau dirinya bisa seperti ini. Tadinya ia berpikir, berpenampilan cupu sejak masuk sekolah barunya ini dengan maksud dijauhi cowok-cowok.  Dikucilkan. Disepelekan. Nyatanya, ia malah dikerjain seperti ini.
“Kamu nggak pa-pa?” tanya Ardan, sambil mendekati Regina yang menundukkan wajahnya.  Regina berharap Ardan nggak mengenali dirinya. Regina memandang Ardan sesaat, lalu berlari meninggalkan koridor kantin tanpa berkata-kata. Ardan bingung menatap kepergian Regina. Ardan tampak mengingat-ingat siapa cewek cupu yang sebenarnya sudah seminggu ini menjadi berita hangat di sekolahnya.
Dari kejauhan, Vero dan gengnya melihat apa yang dilakukan Ardan. Mereka berbisik-bisik,
“Eh, kenapa tuh si Ardan? Kok tiba-tiba jadi bengong gitu..?” bisik Wiwid
“Jangan-jangan dia suka sama si Cupu itu...?!” sodok Elin.
“Hush! Ngaco aja lo! Masak Ardan suka sama cewek culun punya gitu!” ujar Vero, sambil terus menatap ke arah Ardan yang masih tampak kebingungan.
“Udah ah, yuk kita cabut! Ntar si Ardan curiga sama kita...”
Vero and the gank berjalan ke arah kantin. Mereka sengaja melintasi Ardan dengan maksud mencari perhatian. Tetapi Ardan bergeming. Ardan masih aja berdiri dan seperti tengah memikirkan sesuatu.
“Kayaknya gue pernah ketemu anak itu deh...?” Ardan bertanya-tanya dalam hati. Sementara itu Vero jadi marah-marah sendiri karena Ardan nggak memberikan perhatian padanya.
“Sinting! Kok, si Ardan gak negur gue, seh?!” Vero marah-marah saat sudah menjauh dari Ardan..
“Tenang Ver... Mungkin Ardan gak liat lo kali?”
“Biasanya juga dia nyapa elo... atau sekedar senyum...”
“Jangan-jangan gara-gara si Cupu itu! Sok nyari-nyari perhatian!”
What? Si Cupu bisa narik perhatian Ardan? Gak mungkin, kaleee!”
“Udah deh! Kok, jadi malah ngebahas si Cupu! Kalo dia tau bisa kegeeran lagi!”
Vero terus berjalan menuju kelasnya. Diikuti para sohibnya di belakang.
***
Ketika jam pulang berdentang, Regina memasuki toilet sekolah. Regina menatap wajahnya di sebuah cermin. Regina geleng-geleng kepala sendiri melihat penampilannya. Regina membuka kepang rambutnya. Melepas kacamatanya. Lalu melap warna merah maron di pipinya yang tampak norak itu. Setelah itu Regina membasuh wajahnya. Kini Regina menghapus si Cupu dari dirinya, kembali menjadi Regina yang sesungguhnya.
Sekolah telah sepi. Semua murid sudah kembali ke rumah masing-masing. Regina berjalan melintasi koridor sekolah menuju areal parkir. Ia berjalan agak tergesa, karena khawatir ada yang melihatnya. Dan Regina nggak pernah menyadari. Sejak ia menuju ke arah toilet, diam-diam Ardan mengawasinya.
Sejak menatap wajah Regina sekilas di dekat kantin, Ardan penasaran. Si Cupu yang menjadi bahan gunjingan selama seminggu ini, sejak resmi menjadi murid baru sekolahnya, seperti seseorang yang sangat dikenalnya. Makanya, ketika semua anak-anak lain pulang, Ardan memilih menyelidiki si Cupu Regina.
Regina berjalan menuju mobilnya. Ardan memandangi Regina dari kejauhan. Ardan tersenyum sendiri setelah mampu mengingat-ingat siapa cewek yang tengah berjalan memasuki mobilnya itu.
“Na... Semua anak di sekolah ini boleh aja lo bohongin! Tapi gue nggak! Awas ya...” Ardan mengancam Regina dalam hati.
Ardan berlari menuju ruang guru. Ardan menemui Pak Hamdan yang kebetulan tengah piket. Ardan menanyakan data-data murid baru berpenampilan cupu itu. Dan akhirnya apa yang ia duga itu benar. Ardan menggeleng-gelengkan kepala sendiri setelah berhasil mengumpulkan seluruh ingatan dan bukti-bukti kebenaran dugaannya. Ardan kini tahu kalau Si Cupu yang selama ini menjadi bahan celaan anak-anak cowok itu memang Regina Priscilia, sepupunya yang baru pindah dari Bandung.
***
Sekolah masih sepi. Nggak kayak biasanya, Ardan sudah berada di sekolah.  Ardan duduk di dalam kelas si Cupu. Anak-anak lainnya heran melihat  Ardan yang sudah tiba pagi-pagi sekali.  Apalagi ketika ia menanyakan keberadaan si Cupu. Tentu saja mereka bingung. Bagaimana mungkin Ardan bisa tertarik pada si Cupu...?
Ketika tiba di kelas, si Cupu Regina terkejut melihat Ardan sudah duduk dibangkunya. Ardan lalu berdiri dan mempersilahkan Regina duduk.  Regina masih belum tahu bila Ardan sudah mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Lalu tanpa bicara sedikitpun Regina segera berjalan keluar kelas. Ardan mengerjarnya, dan berjalan di sisi si Cupu. Sementara anak-anak lain bingung melihat Ardan berjalan di sebelah si Cupu. Terlebih-lebih Vero Cs yang kebetulan melihatnya.
Regina berjalan menuju kantin sekolah. Ardan mengiringi langkahnya. Sepanjang jalan menuju  kantin, semua anak memandang ke arah Regina dan Ardan.
“Na... Elo boleh aja bohongin semua anak. Tapi elo nggak bisa bohongin gue. Lagian, buat apa sih elo melakukan semua ini?  Elo...”
“Udahlah Dan...  nggak usah pusing mikirin kenapa gue begini. Gue enjoy kok jadi cupu kayak gini...”
“Oke deh, gue ngerti. Tapi kenapa harus menutupi diri seperti ini, Na. Elo males ya, ngadepin cowok-cowok yang bakal ngedeketin lo?”
Regina tersenyum menatap Ardan.
“Hmm... cuman elo Dan, cowok yang selalu ngerti apa yang gue pikirkan... Tapi brengseknya, kenapa gue jadi satu sekolah lagi sama elo?  Gue menghindari sekolah yang kemarin itu kan karena gara-gara ribut sama banyak cowok.  Dan sekarang, setelah gue berpenampilan cupu gini, gue jadi bisa bebas. Nggak ada cowok yang ngedeketin gue...”
“Gue rasa sih... belum saatnya aja. Karena mereka belum tau siapa elu sebenarnya...”
“Dan, cuma elo yang tau siapa gue. Kalau anak-anak cowok itu tau, itu berarti elo...”
“Ssstt... tenang...! Gue nggak bakal ngebocorin ke semua anak siapa elo sesungguhnya... Gue nggak bakalan  kasih tau ke semua orang kalo elo bintang iklan. Nggak tau deh, kalo elo nantinya semakin ngetop dan jarang masuk karena sering syuting...”
“Itu gimana nanti aja. Yang penting gue bisa nyaman di sekolah... Tapi Dan, gimana menurut lo penampilan gue yang cupu ini..?”
“Lumayan! Akting lo oke juga...”
Regina tersenyum, “Ya, gue juga emang lagi ngambil kursus akting. Kalo ini berhasil, gue lulus. Ini ujian dari guru akting gue!”
“Sampai kapan lo kayak gini?”
“Paling lambat tiga bulan.”
“Haaaah....”
***
Sejak itu Regina yang selalu berpenampilan cupu di sekolah sering bersama-sama Ardan. Vero, dan anak-anak cewek lain yang pernah tergila-gila sama Ardan mulai menjauh.  Mereka beranggapan kalo Ardan cowok nggak waras. Gimana mungkin Ardan bisa tertarik sama cewek cupu kayak Regina. 
            Ardan dan Regina nggak pernah mempedulikan anak-anak lain yang mempergunjingkannya. Dan Ardan berjanji akan menjaga rahasia si Cupu. Ardan nggak rela Si Cupu Regina, adik sepupunya itu, diganggu anak-anak di sekolahnya. Tiga bulan kemudian, sesuai janjinya, Regina pun melepaskan kecupuannya. Ia berdandan seperti apa adanya. Selain itu, Regina berhasil mendapatkan peran cupu di sebuah film televisi. Regina senang karena dia mendapatkan banyak tujuan. Dan sejak saat itu, tugas Ardan menjaga Regina semakin berat. Sebat satu dua cowok mulai berdatangan mendekati Regina. ***
Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...