Cerpen Zaenal Radar T.
Dimuat di majalah Aneka Yess! No.02 19 Januari – 01 Februari 2009
Dimuat di majalah Aneka Yess! No.02 19 Januari – 01 Februari 2009
Semua anak kelas 11 Sos 5
udah sama-sama tahu kalo Alexa Ferissa bermusuhan dengan Alex Ferdian. Tapi gak
ada seorang siswa pun tahu apa yang menyebabkan keduanya selalu saling
menjatuhkan. Baik Alexa Ferissa sendiri, yang biasa dipanggil Alex oleh
anak-anak, maupun Alex Ferdian, yang juga disapa Alex, nggak pernah mau
menceritakan masalah sebenarnya.
“Lex, gue kok ngerasa kalo elo tuh cocok
banget sama dia... ngapain sih lo masih aja bikin rencana-rencana buat
mempermalukan dia...” ujar Herdi, sahabat kental Alex Ferdian, saat Alex
Ferdian hendak menyebarkan berita bila Alexa Ferissa adalah seorang lesbi.
“Her, lo boleh aja bilang gitu, kayak anak-anak lainnya...
Tapi buat gue, Alex tuh musuh abadi gue! Gue nggak bakalan damai sampai
kapanpun, sampe rasa sakit hati gue belum kebayar!!” ujar Alex Ferdian, tanpa
menyebutkan masalah sesungguhnya.
“Oke, Oke... gue ngerti... tapi...”
“Udahlah, Her! Lo nggak usah banyak tanya masalah gue sama
dia. Yang penting, tolong lo jaga rahasia kita ini. Jangan sampai si cewek
resek itu tau! Dan minggu ini kita akan sama-sama denger berita heboh di
sekolah, kalo dia tuh lesbi! Hahahah...!” Alex Ferdian tertawa hingga tubuhnya
berguncang-guncang. Saat itu ia tak menyadari bila Alexa Ferissa berada tak
jauh darinya. Alexa Ferissa memandang kegembiraan Alex Ferdian dari salah satu
koridor kelas, bersama dengan dua sohib kentalnya, Ratu Elizabeth dan Pupuy
Yudoyono (ups...kedua nama ini nggak ada sangkut pautnya sama sekali sama
pemimpin negara, loh... hehehe).
“Coba lo liat tuh si sengak! Lagunya semakin sengak aja!!”
ujar Alexa Ferissa, sambil terus menatap Alex Ferdian dari kejauhan.
“Tapi Lex... kok, kayaknya Alex si sengak itu makin...
makin.... ganteng aja ya...?” Ratu Elizabeth, yang rada-rada telmi tapi
jujurnya minta ampun, memberi komentar.
Hal itu membuat Alex marah besar.
“Apa lo bilang!!?” Alexa Ferissa mencengkeram kerah seragam
Ratu Elizabeth. Terpaksa Pupuy Yudoyono melerainya.
“Lex... Alex... udah, ah! Gitu aja marah... tuh, nggak enak
diliatin sama anak-anak lainnya...!” ujar Pupuy, sambil memegangi cengkeraman
tangan Alex yang sungguh kokoh, sekokoh tangan preman terminal pelabuhan Tanjung
Priok. Alex akhirnya melepas cengkeraman tangannya.
“Abisnya sih, nih anak nggak bosen-bosennya muji-muji si
sengak itu!!”
“Sor..sor... sori Lex... Gue kelepasan... abisnya... kan si
Alex itu emang ganteng banget... upsss...!!” Ratu Elizabeth kembali kelepasan
ngomong.
“Tuh! Muji-muji lagi, deh!” Alexa Ferissa kembali hendak
mencengkeram kerah seragam Ratu, tapi buru-buru ditepis Pupuy. Untung Pupuy ini
salah satu partner taekwondo Alex. Kalo nggak, tangan Pupuy bisa memar karena
menepis tangan Alex yang sekeras baja.
“Udah, ah! Yuk, kita ke perpus! Tadi katanya lo minta
dianter pinjem buku..!” Pupuy akhirnya menarik Ratu Elizabeth dan Alexa Ferissa
ke perpustakaan sekolah. Sementara itu Alex Ferdian dan Herdi masih saja
tertawa-tawa. Herdi menepuk-nepuk bahu Alex, sambil memegangi perutnya,
“Tapi Lex... bentar dulu Lex...” ujar Herdi tiba-tiba,
membuat Alex menghentikan tawanya.
“Apa Her...?”
“Anu Lex... eee... apa lo nggak nyesel nyebarin berita
kayak gini? Apa ini nggak dianggap keterlaluan...? Lagian, kalo menurut gue,
kayaknya... rada-rada nggak masuk akal, deh... Alex itu kan... cantik banget,
meski dia agak-agak tomboy... apa anak-anak nantinya percaya kalo dia dibilang
lesbi?”
Alex Ferdian menarik nafas berat, sambil memandangi Herdi
dengan sebal.
“Denger ya Her... lo tau nggak, gue tuh bosen banget
dengerin elo bilang kalo Alex si perek brengsek itu cantik! Berhenti deh
muji-muji dia..”
“Emang kenyataannya gitu, sih??” potong Herdi, membuat Alex
Ferdian semakin kesal.
“Her! Udah deeeh.. berhenti muji-muji dia terus! Atau,
jangan-jangan lo suka ya, sama dia? Kalo lo suka, kejar aja... tapi inget, lo
jangan lagi ketemu sama gue sampai kapan pun! Dan elo bakalan jadi musuh abadi
gue juga!!”
“Eh... bentar dulu, Lex! Gitu aja kok marah...?”
“Jelas aja gue marah! Elo juga sih...?!”
“Oke, oke... gue minta maaf. Ya udah, sekarang lo anter gue
ke perpus!”
Herdi menarik lengan Alex menuju ke perpustakaan sekolah.
Setibanya di perpus, Herdi dan Alex Ferdian berpapasan
dengan Alexa Ferissa Cs. Alex Ferdian dan Alexa Ferissa saling acuh. Sementara
Herdi senyam-senyum cari perhatian pada Alexa Ferissa dan teman-temannya. Alex
Ferdian memelototi Herdi, kesal melihat sikap Herdi. Herdi akhirnya menunduk,
takut Alex Ferdian benar-benar marah padanya.
“Lex, lo tunggu di sini... Gue mau ambil buku yang mau gue
pinjem...”
“Oke Her... jangan lama-lama. Tiba-tiba gue muak banget ada
di sini...”
Herdi melangkah menuju ke arah buku yang hendak ia pinjam.
Sementara itu, Alexa Ferissa berjalan menuju rak buku di mana Herdi tengah
melihat-lihat buku yang dicarinya. Ketika Herdi hendak mengambil buku yang
dicarinya, tangan Herdi sama-sama mengambil buku yang hendak diambil Alexa
Ferissa. Keduanya memegang buku yang sama.
“Eh... eee... lo mau pinjem buku ini juga, Lex..?!”
“Iya... lo juga?”
“Tapi kalo lo butuh banget, lo pinjem aja dulu. Gue ntar
aja deh...”
“Lo aja dulu deh...”
“Nggak, elo aja duluan... gue belakangan aja...”
Herdi memberikan buku yang dipegangnya pada Alexa Ferissa.
“Oke deh, thanks ya...”
Alexa Ferissa tersenyum pada Herdi. Herdi lalu kembali pada
Alex Ferdian, mengajaknya keluar perpus. Alex Ferdian bingung karena Herdi
nggak membawa buku yang hendak dipinjamnya.
“Udah dipinjem orang lain, Lex... besok aja deh...”
***
Sekolah menjadi gempar tentang pemberitaan Alexa Ferissa
sebagai lesbian. Sebagian anak-anak percaya khabar tersebut, dan merasa ingin
tahu. Mendadak Alexa Ferissa menjadi sibuk dan dikejar anak-anak, seperti
selebritis bermasalah diburu wartawan infotainment.
“Lex... bener nggak sih? Kalo iya, sayang banget! Soalnya
gue udah lama naksir elo!” ujar salah satu cowok, pada Alexa yang disangka
lesbian.
“Lex... nggak pa-pa kalo emang itu bener. Gue tetep mau
jadi temen lo, asal lo nggak macem-macem aja sama gue... hehehe....” ujar salah
satu temen cewek sekelas Alexa Ferissa.
“Lex... gue nggak mau main sama elo, ntar gue ketularan
lagi... hiyy...”
“Lex... gak nyangka banget deh sama elo... nggak taunya elo
tuh... ih, jijay banget gue!”
“Pantes kalo elo dulu nolak gue Lex, ternyata elo tuh...”
Alex menjadi
bulan-bulanan anak-anak satu sekolah. Dan ternyata, Alex yang selalu tegar bila
menghadapi masalah, kali ini harus bersedih dan menutup diri. Ratu Elizabeth
dan Pupuy Yudoyono tak bisa berbuat apa-apa, karena berita tentag Alexa Ferissa
lesbian sudah terlanjur menyebar ke seluruh pelosok sekolah.
“Gue mau berhenti sekolah aja, El...” keluh Alex pada Pupuy
Yudoyono, saat ketiganya berada di kamarnya.
“Lex... tenang dulu... Jangan bersikap bodoh gini dong! Tau
nggak Lex, nggak mungkin ada asap kalo nggak ada api! Iya, kan..?”
Alex menatap Ratu Elizabeth dengan tatapan heran.
Begitupula Ratu Elizabeth, yang nampak heran mendengar ucapan Pupuy.
“Puy... maksud lo tuh apa? Nggak ada asap kalo nggak ada
api? Ee... elo udah mulai suka ngerokok, yahh...?” tanya Ratu, dengan tatapan
menyelidik.
“Plis, El... lo diem aja deh. Mending lo duduk tenang aja
di sana. Biar gue yang ngurus masalah Alex...”
Ratu Elizabeth garuk-garuk kepala, lalu berjalan menuju
sebuah sofa yang berada di sudut kamar Alex.
“Oke, Lex... kita lanjut... Gini, Lex... eee.... gue yakin, pasti semua ini kerjaan
musuh bebuyutan lo! Makanya Lex, elo harus segera mengambil tindakan
secepatnya, sebelum semua anak-anak di sekolah lo terlanjur percaya sama berita
itu...”
“Iya, gue juga udah yakin banget kalo ini semua pasti
kerjaannya si brengsek! Tapi, yang gue bingung, gimana dong caranya, biar
masalah ini bisa selesai...”
“Gue tau caranya, Lex...” Pupuy Yodoyono lalu membisikan
ucapannya pada Alexa. Ratu Elizabeth yang duduk di sudut buru-buru mencuri
dengar.
“Gimana...?! Oke nggak usul gue...?” tanya Pupuy pada Alex,
setelah menyampaikan idenya!
“Oke banget! Gue setuju!!” potong Ratu Elizabeth, yang
diam-diam menguping ucapan Pupuy. Alex dan Pupuy menatap Ratu Elizabeth dengan
tatapan jutek.
***
Untuk meyakinkan
bahwa dirinya bukan lesbian, akhirnya Alex menuruti ide Pupuy, yakni secepatnya
memiliki seorang pacar. Hal itu sangat mudah bagi Alex. Dalam waktu kurang dari
tiga hari, Alexa Ferissa sudah mendapatkan cowok yang kelak menjadi kekasihnya.
Hal itu meruntuhkan berita yang menyebutkan bahwa dirinya lesbi. Dan cowok yang
Alexa Ferissa pilih adalah Herdi, yang tak lain sahabat kental Alex Ferdian!
Alex Ferdian tentu aja marah besar pada Herdi. Tetapi Herdi
minta maaf sambil mengeluarkan airmata bombay.
“Sori, Lex... gue terpaksa jadian sama dia... Nggak pa-pa
deh, kalo elo marah sama dia. Asal semua ini nggak ada hubungannya sama gue..
Plis, Lex...” Herdi membungkuk dikaki Alex Ferdian. Alex terdiam seperti
patung.
“Oke Her... gue ngerti...” akhirnya Alex Ferdian ngomong,
setelah lama membisu, “semua ini emang
salah gue! Lo tau kan, kalo gue udah lama benci sama dia. Dan elo juga pasti
tau, kalo dia juga benci sama gue. Tapi lo juga harus tau, kalo sebenernya udah
dari dulu-dulu gue suka banget sama dia. Gue benci sama dia karena gue pernah
ditolak. Dia ngaku suka sama gue, tapi nggak mau jadi pacar gue. Itulah yang
bikin gue jadi sebel abis ama dia...” lanjut Alex Ferdian, membuat Herdi
tersentak.
Herdi menatap Alex, yang mendadak bertampang sedih. Herdi
lalu geleng-geleng kepala dan mulai memaksakan diri tersenyum.
“Ya, ya... gue juga udah tau kalo elo tuh sebenernya suka
sama dia... Asal lo tau, Lex. Gue tuh nggak bener-bener suka sama Alex. Gue
nerima Alex karena cuman mau nutupin masalah gue. Lo mudah-mudahan nggak kaget,
kalo gue tuh... nggak pernah suka sama yang namanya cewek...”
Alex terkejut.
“Lo nggak usah kaget, Lex! Elo tuh sahabat terbaik gue!
Mudah-mudahan cuman elo dan Alex yang tau tentang gue...”
“Alex tau kalo lo...” Alex Ferdian tak melanjutkan
ucapannya.
Herdi mengangguk cepat.
“Dan Alex juga ngaku kalo sekarang ini dia sebenernya
pingin banget jadi pacar lo...” ujar Herdi akhirnya.
“Hah...!?? Kok..?!” Alex Ferdian tersentak.
“Ya, kalo emang lo bener-bener pingin jadian sama dia, ntar
malem lo temuin dia di lapangan parkir sekolah. Ntar malem kan ada acara gladi
resik taekwondo. Dia nunggu di sana jam sepuluh...”
Alex terdiam sesaat. Ia nampak berpikir keras.
“Ya udah kalo gitu. Bilang ke dia, kalo gue bakalan dateng
nemuin dia...”
***
Malamnya, tepat jam sepuluh, Alex dan Alex bertemu di
parkiran sekolah. Alexa Ferissa duduk di atas kap mobilnya dengan seragam
taekwondo yang dibungkus jaket. Alex Ferdian mendekatinya.
Selama hampir lima belas menit keduanya hanya terdiam. Tak
ada kata-kata atau makian seperti yang selama ini terjadi bila mereka bertemu.
Tiba-tiba Alexa Ferrisa memandang Alex Ferdian. Alex Ferdian membalasnya. Alex
dan Alex saling tatap.
“Kenapa sih lo liatnya kayak gitu, Lex...?!”
“Emang nggak boleh!? Mata-mata, gue! Terserah gue dong,
Lex!”
“Iya, tapi jangan gitu caranya, dong...!?”
“Ooh, jadi lo nggak suka??”
“Bukannya gitu. Kesannya gue tuh apa gitu...?”
“Lho, emang lo siapa?”
“Eh, gue bukan
siapa-siapa...”
“Nah terus, kenapa lo marah?!”
“Gue nggak marah?!!”
“ALEX!!!” terdengar teriakan dari arah gerbang sekolah. Dua
orang satpam yang hendak menutup gerbang memperlihatkan tampang marah. Alex dan
Alex memandang ke arah dua satpam itu.
Alex Ferdian menyorongkan tangannya pada Alexa Ferissa.
Alexa Ferissa menyambut uluran tangan Alex Ferdian, lalu turun dari kap mobil.
Sesaat Alexa Ferissa dan Alex Ferdian saling berpegangan tangan. Namun pada
akhirnya keduanya merasa risih. Alex Ferdian segera melepaskan tangan Alexa
Ferissa. Alexa Ferissa langsung melap tangannya dengan jaket.
“Apa, lo!!”
“Apa...??!”
Alex dan Alex saling pelotot. Keduanya lalu menatap ke arah
gerbang, karena terdengar suara orang mengunci pintu. Alex dan Alex
kebingungan. Karena pintu gerbang sekolah sudah ditutup satpam.
“Elo, sih!”
“Elo, kalee! Kok, nyalahin gue?!”
“Emang elo!”
“Elo...!!”
Alex dan Alex saling menyalahkan. Keduanya kembali adu
mulut. Sementara di atas langit rembulan bersinar dengan cahaya yang begitu
indahnya. Bintang-bintang berkerlap-kerlip memenuhi langit. Setiap ciptaan
Tuhan yang berada jauh di angkasa sana tak pernah terdengar saling ribut,
kecuali sepasang makhluk yang mendiami bumi ini... seperti halnya Alex dan
Alex...***
*)Pamulang,
2008
0 comments:
Posting Komentar