Cerpen Zaenal Radar T.
Dimuat di Tabloid GAUL, 2005.
Dimuat di Tabloid GAUL, 2005.
Andien tahu benar kalau Andika itu Playboy; yang artinya...
suka gonta ganti cewek. Dan menurutnya, itu berarti Andika telah mempermainkan
cewek seenak udel-nya. Andien sendiri pernah dirayu Andika. Tapi tentu
aja Andien enggak mau termakan rayuan Andika. Meskipun, sejujurnya Andien
sering bermimpi punya pacar keren kayak Andika!
gbr:www.masibas.my.id |
“Dien, sumpah biar
disambar geledek tujuh turunan...! Gue itu suka banget sama elo...” ujar
Andika, waktu ngikutin Andien di perpustakaan sekolah.
“Si Lirna elo mau kemanain, Di...?”
“Gue udah nggak punya
hubungan apa-apa lagi sama dia...”
“Kalo Nira gimana...?”
“Nira...? Nira kan udah lama putus...!”
“Risa?”
“Risa udah mutusin gue...”
“Sasa??”
“Sasa ninggalin gue!”
“Vira...?”
“Vira udah cabut ke luar negeri! Putus!”
“Nah, kalo Bombom...?”
“Bombom?! Gila kali lo ya...!? Masak sih gua sama si Bombom
bulet itu...? Gue masih normal, tauuu...!!”
Andika tampak sewot waktu Andien nyinggung soal Bombom.
Jelas aja, Bombom itu nama lain dari Budi, cowok tulen yang tubuhnya nyaris
menyamai gentong minyak tanah.
“Apa lo bilang? Lo
normal...?” Andien melotot. Andika mengangkat bahu, menandakan ia mengiyakan
dengan kata-katanya tadi.
“Asal lo tau ya Di... Lo tuh... ABNORMAL!! Lo tuh playboy,
dan sampai kapanpun tetep playboy! Jangan harap lo bisa ngedeketin gue! Jangan harap lo bisa ngambil perhatian gue!
Mentang-mentang gue cewek, lo bisa seenaknya menyamakan gue sama cewek-cewek
lain...? Jangan mimpi lo, Di!!”
Andika terperangah mendengar kata-kata Andien. Anak-anak
yang kebetulan ada di perpustakaan pun terbengong-bengong mendengarnya. Setelah
itu Andien meninggalkan Andika, yang pada akhirnya jadi bahan cekikikan
anak-anak di ruang perpustakaan.
Andika hanya bisa menghela nafas berat. Ia edarkan sorot
matanya ke seisi ruangan perpustakaan, membuat anak-anak yang tadi sempet
cekikikan langsung terdiam.
*
Dalam waktu dekat ini, Andien akan membalas apa yang telah
diperbuat Andika, terhadap cewek-cewek yang ada di sekolahnya.
“Dia pikir cuma cowok aja yang bisa mainin cewek. Cewek
juga bisa mainin cowok...!” tantang Andien, pada
dirinya sendiri.
Di waktu beriktunya, Andien membuktikan kata-katanya. Dan
alangkah kagetnya Andika, begitu tahu kalau Andien jadian sama Joko, cowok
berkulit gelap segelap malam. Andika tahu dari Robert, cowok bule tapi bego
yang sering jadi orang suruhannya.
“Jangan-jangan lo salah orang kali, Bert...?”
“It’s right! Gue liat dengan hidung gue sendiri...”
“Hidung lo bisa
ngeliat...?”
“I mean... mata...!”
“Duh... Robert! Begonya jadi banget lo. Lama tinggal di
sini, nggak bisa bedain hidung sama mata...?”
“Sorry, Ka... Mata and hidung nggak begitu jauh
jaraknya... maklumlah...”
“Bilang aja lo bloon, Bert!”
“Soryy, bos...”
“Oke. Gue nggak mau debat sama lo! Sekarang gue lagi nyusun strategi, gimana
caranya bisa ngedapetin si Andien...”
“Andien kan... sudah jadian sama Joko... gimana sih bos
ini...?”
“Robert, Joko itu masalah upil! Gue bisa atasin! Tapi
Andien...? Sebenernya gue bisa aja maksa Andien jadi pacar gue. Tapi lo tau
kan, gue nggak pernah maksa cewek untuk jadi pacar gue...?”
“Ah, masak sih bos...?”
“Udah, diam lo...!!”
“Iy-y... ya, bos...!!!”
Andika mencengkeram kerah baju Robert. Robert gemetaran.
“iy-y... iya bos...! Bos... belum pernah... maksa cewek...”
*
Belum sempat Andika meneror Joko untuk mendapatkan Andien,
ternyata Joko udah diputusin sama Andien. Dan berita itu menyebar ke seluruh
kelas yang ada di sekolah mereka. Bahkan rumpian soal Andien yang ganti-ganti
cowok pun merebak diantara anak-anak cowok yang suka ngerumpi. Di sekolah
Andien tuh ada lho anak-anak cowok suka ngerumpi... hehehe.
“Gila si Andien... sekarang dia pacaran sama Khusnul! Kok,
si Khusnul mau ya...?”
“Jelas aja... Khusnul kan nggak cakep-cakep amat... rugi
kalo dia nolak Andien yang kece mampus itu!”
“Iya sih... Khusnul kan... jelek mampus! Hihihi...”
“Tapi si Jaja juga sempet jalan ama Andien...”
“Si Markum juga...?”
“Gue liat Andien sama Koko...”
“Si Koko...? Koko jelek pangkat sepuluh itu...?”
“Iya... tapi kan Koko juga cowok, Jak!”
“Wah, wah... playboy banget tuh si Andien...?!”
“Kok, playboy...? Playgirl, dong!!?”
“Masak playgirl? Emang ada??”
“Kalo Andika kita sebut playboy, Andien nggak mungkin
disebut playboy juga dong...?!”
“Iya juga sih...”
“Ngomong-ngomong, kabarnya si Andika kan udah nggak playboy
lagi. Dia udah nggak keliatan jalan ama cewek lagi tuh...!”
“Insaf kalee...!”
“Andika taubat, Andien malah mainin cowok-cowok...”
“Tapi kabarnya, semua cowok-cowok yang sempat jadian sama
Andien itu udah diputusin semua, lho...!”
“Masak, sih?”
“Yaa, namanya juga playgirl...!”
“Dasar Playgir!!”
“Eh, jangan ngumpat gitu lo... Lo mau nggak sama Andien,
meski dia playgirl...?”
“Huh! Sama Andien...???
MAU DOOONG....!”
“Huuuu.... Mehong, lo...!!!”
*
Setelah semua cowok-cowok Andien putus, Andika yang dapet
kabar dari Robert (Robert tahu dari rumpian anak-anak lain), berusaha mendekati
Andien. Suatu siang Andika nekad datang ke rumah Andien. Andien menerimanya,
meski hari itu ia tampak gugup sekali menerima kedatangan Andika yang mendadak
itu.
“Maaf, kita ngobrol di beranda aja, Ka...”
“Oke. Nggak pa-pa, Dien...”
Andika dan Andien akhirnya duduk di beranda depan rumah.
“Sory.. gue mendadak main ke rumah lo. Gua tau rumah lo
dari Robert. Dan kedatangan gue ke sini... nggak bermaksud apa-apa. Gue cuma
main...”
“Tumben lo mau main ke rumah gue...?”
“Iseng aja...”
Setelah itu, Andika tersenyum manis. Andien membalas
senyuman itu. Diam-diam Andien merasa suka banget sama senyumnya Andika. Kalau
Andika sendiri jangan ditanya, meskipun Andien enggak senyum, Andika udah suka
banget sama Andien. Hanya saja, siang ini Andika jaga gengsi, dengan pura-pura
main ke rumah Andien. Padalah sebenernya, Andika sedang melakukan penyelidikan.
“O ya Dien... ngomong-ngomong... katanya semua cowok-cowok
lo udah lo putusin semua...?”
Andien mengangkat alisnya sambil menaikkan bahu.
“Begitulah...! Emang kenapa...?”
“Ooh... nggak... nggak papa...”
Duk! Kreeet....!!
Tiba-tiba pintu terbuka, dan beberapa cowok keluar dari
dalam ruangan rumah Andien.
“MARKUM KENTUT!!!”
“Enak aja, si Jaja tuh...”
“Nuduh sembarangan! Jangan-jangan si Khusnul...?!”
“Joko kaleee...?!”
Andika terkejut melihat cowok-cowok yang tiba-tiba saling
tuduh sambil menutup hidung masing-masing, keluar dari dalam rumah Andien.
Cowok-cowok itu juga terkejut melihat Andika. Wajah Andien pucat.
“Ka... kalian ngapain di sini...???”
Semua cowok-cowok itu garuk-garuk kepala sambil memandang
Andien. Andien tertunduk malu, tak berani menatap cowok-cowok itu. Andien sudah bisa menduga, sebentar lagi
Andika akan mengetahui, kalau cowok-cowok yang pernah digosipkan anak-anak
sebagai pacar-pacarnya Andien itu ternyata... cuma orang suruhanya.***
*)Pamulang, 04/2005
0 comments:
Posting Komentar