Mamat Metro

Mamat Metro

Pacar Seminggu

Cerpen Zaenal Radar T.
Dimuat di majalah KaWanku, No.10/XXXV, 29 Agustus–4 September 2005



Minggu Pagi
Aku jalan-jalan ke mal sendirian. Mampir di sebuah resto favorit. Memesan menu yang paling kusuka. Sambil makan, sesekali kuarahkan pandangan mataku ke sekeliling resto. Tiba-tiba pandanganku berhenti di sebuah sudut. Seorang cowok menatapku seolah tak berkedip. Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain. 
gbr: www.sedanghangat.com
Ketika kembali melirik cowok di sudut itu, aku merasa dadaku seperti ditendang-tendang. Ada desiran aneh menerpa jiwaku. Detak jantungku bergerak cepat. Nafsu makanku lesap. Segera kualihkan sorot mataku ke sudut lain. Ingin sekali kembali kutatap cowok itu, tapi aku tak berani. Aku tahu, dia pasti masih menatapku.

Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya kuberanikan diri menatap ke sudut di mana cowok itu duduk. Dan betapa kecewanya aku, karena kursi itu telah kosong! Entah kemana cowok itu pergi?
Dan... dalam keadaan penuh penyesalan, ketika pandangan mataku kuarahkan ke depan mejaku, betapa terkejutnya aku. Karena cowok itu suda berada di hadapanku!

“Bim...” cowok itu memperkenalkan diri, menyorongkan tangannya. Aku menyambutnya dengan malu-malu. Tak lupa menyunggingkan sedikit senyuman untuknya.

“Kunti...” kuperkenalkan namaku sambil membalas uluran tangannya.

“Senyum kamu manis banget...” dia memujiku.

Perasaanku terbang melayang. Menerjang cakrawala. Mengawang-awang di angkasa. Menyentuh langit ke tujuh. Oh, betapa senangnya aku pagi ini...
Kucatat dalam buku harianku. Minggu pagi itu aku berkenalan dengan Bima Sakti. Di sebuah resto mal. Aku dan dia saling bertukar nomor HP dan alamat E-mail.

Malam itu juga, Bima mengirim sms: “Kunti, andai km msh kosong?”  Lalu kubalas sms-nya, “Bim, gw hapy bgt klo lo mo jd tmen spesial gw”  Bima membalas sms-ku, “gw mo bgt. bsk qta ktemuan yuk?”  Kubalas, “oke. bsok kbrin ya.” dia menutup pesannya, “ok Kunti. cu. thx.”

Senin Siang

Sedari pagi aku menunggu kabar dari Bima. Sisa liburan sekolah seminggu ini akan kugunakan sebaik-baiknya. Aku ingin sekali mengenal Bima lebih dekat lagi. Siapa tahu Bima bisa menjadi temen cowok paling spesial. Seperti janjinya kemarin, sebelum kami berpisah di resto itu, kalau dia ingin sekali punya cewek seperti aku.

Aku nggak berani menghubungi dia lebih dulu. Tetapi kalau lebih dari jam 12 siang belum ada kabar, aku akan menghubunginya. Takutnya dia lupa. Lupa?  Apa bisa dia lupa?  Kan baru semalam kami saling sms-an?

Treeet! Treeet!

Sms HP-ku bunyi. Di LCD ada tulisan new message. Aku membukanya. Ternyata dari Bima! Kubaca pesannya: “Kunti tgg gw di mal yg kmren. Qta nonton yah?”  Aku tersenyum membaca sms-nya. Kubalas sambil bersenandung riang, “ok, Bim. jam 2 ya.”  Bima sms-lagi, dengan tulisan, “Kunti cayang. cu. thx”

Oh, kenapa dia harus bilang Kunti cayang...? Bikin bulu kudukku merinding aja. Duh, Bima. Kamu romantis banget ya...?!! 

Aku pun bersiap-siap menemui Bima. Baru ketemu kemarin, ternyata asyik banget kalau sampai ketemu lagi pada hari ini. Rasanya aku ingin cepat-cepat sampe ke mal itu aja.

Di mal, Bima menepati janjinya. Dia bilang sudah menunggu sejak lima belas menit lalu. Oh, ternyata do’i si Mr on time! Itu berarti, dia sangat menghargai aku! Bima, aku jadi bertambah suka sama kamu.

Siang itu kami nonton bareng. Kami nonton Batman Begins. Sewaktu di loby bioskop kami menyebut film yang sama secara berbarengan. Itu artinya, kami sudah memiliki kecocokan. Kami sama-sama menginginkan film yang sama. 
Klop banget gitu loh!

Selasa Malam

Setelah kemarin nonton bareng, hari ini Bima ngajak ketemuan lagi. Ada temennya yang ultah. Wuah, baru dua hari kenal, Bima udah ngajak aku ke pesta ultah temennya. Asyik banget!

Di tempat ultah temannya itu, Bima memperkanalkan aku dengan teman-temannya. Bima juga tak sungkan mengatakan kalo aku pacar barunya! Setiap kali dia bilang kalau aku pacarnya, aku bangga bukan main. Serasa berada di udara. Mengawang-awang bagai burung merpati terbang tinggi. Begitu bahagianya hati ini.

Rabu Sore

Bima menelponku. Dia ingin mampir ke rumah. Aku gelagapan. Aku pun bersiap-siap menemuinya. Aku berdandan secantik mungkin. Menunggunya di teras depan rumah.

Ketika tiba di rumah, ternyata Bima memakai kaos olahraga. Bima bilang, kalau dirinya ingin sekali ngajak aku lari sore di kompleks istora Senayan. Dia janji mau traktir aku makan ayam bakar kesukaannya.  Oh, aku juga suka sama ayam bakar.

Aku pun mengganti gaunku dengan seragam olah raga. Bersiap-siap untuk lari sore bersama Bima. Kenapa Bima bisa tau kalau sebenarnya aku sangat mencintai olahraga lari, selain bulu tangkis, pencak silat, dan renang ya...?

Ketika lari sore bersama-sama Bima di kompleks istora Senayan itu aku merasa sangat terlindungi. Bima cowok yang sangat care. Ketika bagian lututku keram, Bima mau memberikan balsem yang dibeli dari pedagang di sekitar kompleks istora. Boleh jadi Bima begitu, mungkin Bima emang udah menganggap aku sebagai ceweknya!

Kamis Pagi

Pagi-pagi sekali, Bima menelponku. Dia bilang kalo dia sudah berada di depan rumahku. Ketika gorden kamarku kusibak, aku melihat cowok dengan sepeda berputar-putar di depan pintu gerbang. Dia pasti Bima dengan sepedanya. Bima mengajakku main sepeda mengelilingi kompleks perumahan.

Kebetulan rumah Bima tidak terlalu jauh dengan rumahku. Bima bilang, nanti aku bisa mampir di rumahnya. Memperkenalkan aku dengan saudara-saudaranya. Aku pun bersiap-siap mengambil sepeda adikku.

Aku dan Bima naik sepeda berdua, mirip di sinetron romantis Korea. Kami menyusuri taman kompleks.  Saat berada di taman, aku dan Bima istirahat di bawah pohon rindang. Kami memesan susu kedelai dan minum berdua. Oh, alangkah mengasyikannya.

Sayangnya, aku nggak sempet mampir ke rumahnya. Karena tiba-tiba Bima mendapat telpon penting dari salah satu temannya. Setelah mengantar aku hingga sampai gerbang rumah, Bima langsung cabut pulang. Bima berjanji akan ketemu lagi pada hari Jum’at besok. Ketemu lagi besok...!??? Mau banget!!

Jum’at malam

Seharian aku nunggu Bima menghubungiku. Nyatanya nggak sekalipun telpon atau sms Bima masuk. Aku nggak mau berburuk sangka. Siapa tahu Bima lagi sibuk. Sibuk? Sesibuk apa Bima, hingga dia lupa menghubungi pacarnya sendiri??!!

Baiknya aku yang menghubunginya. Tapi, setelah kuhubungi ke telpon rumahnya, katanya Bima sedang pergi. Ketika kuhubungi Hp-nya, lagi nggak aktif. Duh, kok jadi gini?

Lebih baik aku tidur aja deh. Dari hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, aku selalu bertemu dengan Bima. Apa salahnya kalau hari Jum’at ini nggak ketemu dulu untuk sementara. Tapi, bukankah kemarin Bima janji mau menghubungiku?

Sabtu sore

Aku menghubungi HP Bima. Bima menjawab HP-ku dengan suara nggak kayak biasanya. Tiba-tibanya suaranya menjadi gugup. Ada apa ya?

Aku hanya menyuruh Bima datang ke rumahku. Mendengar ceritanya, kenapa Jumat kemarin dia nggak menghubungiku. Atau paling nggak, kita saling curhat di teras rumahku. Keluar sebentar juga nggak apa-apa. Daripada aku ikut sama Papa dan Mama makan di luar, pasti bikin BT.

Akhirnya aku menunggu Bima yang katanya mau datang. Kubiarkan Papa dan Mama pergi makan di luar. Karena aku harus menyambut Arjunaku... aeh, Bima-ku datang! Aku berdandan secantik mungkin. Biar Bima suka dan betah berada di dekatku.

Bima datang jam setengah sembilan. Bedak dan lipstik yang kupakai hampir luntur. Dan ternyata benar-benar luntur! Bima datang berdua dengan temannya. Bima memperkenalkannya padaku. Namanya Dewi Shinta. Cantik sekali. Mungkin lebih cantik dari aku?

Bima dan Dewi sekitar satu jam berada di rumahku. Ketika mereka pulang, aku menangis di dalam kamar. Bima kirim sms. Bunyinya begini, “Kunti... jumat kmren gw n Dewi baikkan. Thanks bgt ya atas curhat qta selama ini. Tnyt lo bener, gw emang hrs PD menghdp hdp ini! Thx n cu.”

Aku nggak membalas sms Bima. Kulempar HP ku ke tempat tidur. Sepertinya, aku harus melupakan Bima!

Minggu Pagi
Aku jalan-jalan ke mal sendirian. Mampir di sebuah resto favorit. Memesan menu yang paling kusuka. Sambil makan, sesekali kuarahkan pandangan mataku ke sekeliling resto. Tiba-tiba pandangan mataku berhenti di sebuah sudut. Seorang cowok menatapku seolah tak berkedip. Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain. 

Ketika menatap mata cowok di sudut itu, aku merasa dadaku seperti ditendang-tendang. Ada desiran aneh menerpa jiwaku. Detak jantungku bergerak cepat. Nafsu makanku lesap. Ingin sekali kembali kutatap cowok itu, tapi aku tak mau. Aku tahu, dia pasti masih menatapku. Aku tak akan memberikannya kesempatan. Aku yakin, dia sama brengseknya dengan Bima!
                                                                                                                  *)Pamulang, Juli 2005
Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...