Mamat Metro

Mamat Metro

Bulu Kaki

Cerpen  Zaenal Radar T.

Dimuat di Majalah HAI, No.1, 1-6 Januari 2006




Siapa yang enggak kesal kalau kakinya disebut kaki meja? Maksudnya, kaki Tora enggak ada bulunya, persis kaki meja. Semua anak seisi kelas tertawa terbahak-bahak setiap mendengar celaan itu. Tora ngerasa malu dan memilih enggak pernah lagi pakai celana pendek kalau lagi pelajaran olahraga.
Dan ternyata, pakai celana panjang pas olahraga sepak bola kesannya lucu. Sebab Tora bukan penjaga gawang, bukan pula pelatih yang biasanya pakai celana panjang. Tora diminta Pak Gunawan, guru olahraganya, menempati posisi sayap kanan. Jadinya, cuman Tora satu-satunya yang pakai celana panjang dalam setiap latihan. Sewaktu Pak Gunawan tanya kenapa Tora enggak pakai celana kolor pendek seperti anak-anak lainnya, Tora beralasan kalau kakinya lagi korengan. Pak Gunawan akhirnya kasihan. Maka, setiap main sepak bola, belakangan ini Tora lebih banyak berada di bangku cadangan.
Tora sebenarnya ingin seperti anak-anak cowok lainnya, yang bebas main sepak bola dengan celana kolor pendek. Seperti David Beckham atau Ronaldinho, atau pemain sepak bola lainnya yang kerap menghiasi layar kaca. Tetapi semua itu enggak mungkin ia lakukan mengingat ia merasa minder dengan keadaan sepasang kakinya yang tiada berbulu. 

gbr: cantikitu.com
***
Tora enggak kecil hati. Tora bukan cowok pesimis. Tora berusaha sedapat mungkin untuk bisa seperti anak-anak cowok di kelasnya. Tora berusaha gimana caranya supaya kakinya yang dibilang persis kaki meja itu tumbuh bulu-bulu. Tora mikir, monkey aja banyak bulunya! Masak dia enggak bisa? Hmmm...
Menurut Gege, sohib Tora yang otaknya ngepas__maksudnya pinter nggak cerdas kagak__alias bloon iya, menganjurkan Tora banyak-banyak makan pisang. Mau pisang ambon, pisang raja, pisang raja sereh, dan pisang lainnya. Pokoknya pisang apa aja, asal bukan pisang goreng. Menurut Gege, monyet kan sukanya makan pisang, dan dia tumbuh banyak bulu, bahkan bukan cuman di kedua kakinya aja tapi di sekujur tubuh.
“Gue kan bukan monkey, Ge?” protes Tora waktu disaranin banyak makan pisang.
“Mau tumbuh bulu enggak?!!” Gege kesal.
“Ya mau! Tapi apa mungkin kalo gue makan pisang bulu kaki gue tumbuh?”
“Coba dulu dong! Optimis, Tor...!”
Maka setiap hari Tora makan pisang. Baik siang maupun malam. Dalam keadaan mendung maupun terik. Dan hasilnya... Tora mencret-mencret!!
***
Setelah gagal dengan konsep Gege yang lumayan ngawur itu, Tora mulai berpikir rasional. Tora membaca semua artikel tentang bulu. Membuka iklan-iklan yang berhubungan dengan bulu. Alhasil, Tora enggak menemukan ada obat mujarab menumbuhkan bulu kaki. Yang banyak di pasaran, obat pelumas untuk menumbuhkan bulu kumis, jenggot, atau bulu dada.
Meskipun begitu, Tora tetap memakainya. Semua itu atas desakan sohibnya, siapa lagi kalo bukan Gege si otak ‘kontra’ brilian. Obat-obatan penumbuh bulu itu pun dioleskan ke sekujur kakinya setiap mau tidur. Demi tumbuh bulu kaki, Tora rela menderita gatal-gatal. Setelah lebih dari sebulan rutin pakai pelumas penumpuh bulu, ternyata hasilnya nol besar. Bulu enggak tumbuh, yang ada alergi!
***
Setelah gagal dengan obat pelumas, Tora mencari cara lainnya agar sepasang kakinya yang licin ditumbuhi bulu-bulu. Pokoknya harus! Sebab pada pertandingan sepak bola antar kelas akhir pekan ini Tora enggak mau duduk dibangku cadangan lagi.  Kemarin siang Tora sudah mendapatkan semangat dari Elin, siswi baru yang dikenalnya seminggu lalu, bahwa dirinya harus ambil bagian pada pertandingan kali ini.
“Tora... aku pingin kamu main dalam pertandingan minggu ini. Kamu jangan cuma duduk dibangku cadangan kayak kemarin ya...”
“Eee...oke deh...!” Tora gugup. Sebenarnya Tora ingin jujur kalau dirinya enggak ikut ambil bagian karena malu sama sepasang kakinya yang tiada berbulu. Bukan karena sebab lainnya, seperti koreng misalnya. Hal yang enggak diketahui Elin dan anak-anak lainnya. Sementara itu ia enggak mau ikut main tapi harus pakai celana panjang. Kayaknya enggak matcing aja di lapangan nanti pakai celana panjang sendirian.
Ketika waktu pertandingan tinggal satu hari lagi, Tora bingung harus berbuat apa. Karena ia masih belum tahu gimana cara menumbuhkan bulu-bulu di kedua kakinya. Beruntung Tora memiliki sohib seperti Gege, si otak pas-pasan yang selalu punya stok ide bejibun.
“Gue ada akal Tor! Pokoknya besok elo musti kudu harus main sepak bola pake celana kolor pendek!” ujar Gege berapi-api.
“Gimana caranya? Harus banyak makan pisang lagi?” sungut Tora, yang mulai pasrah dengan keadaan.
“Elo tenang aja. Biar gue yang ngatur. Yang penting Elin tuh bakalan liat elo main!”
Meski bingung, Tora merasa seperti menemukan dewa penolong. Tora membayangkan dirinya merumput bersama anak-anak tim sepak bola sekelasnya, dan Elin menyemangatinya di pinggir lapangan sambil menyebut-nyebut namanya. Walaupun enggak yakin dengan ide Gege, seperti biasa, kali ini Tora benar-benar berharap penuh bantuan Gege nanti mampu menolongnya.
Pagi-pagi sekali, Gege sudah berada di rumah Tora. Gege sudah menyiapkan segala sesuatu demi menolong Tora. Siang nanti adalah waktu pertandingan sepak bola antar kelas di stadion dekat sekolah. Maksud Gege dateng lebih awal, Tora mempersiapkan diri bagaimana agar sepasang kakinya yang licin ditumbuhi bulu-bulu.
Saat berada di kamar Tora, Gege membuka tasnya dan menyuruh Tora memakai celana pendek. Sambil melirik sepasang kaki Tora yang licin, Gege mengeluarkan bungkusan dari dalam tas. Isinya adalah: lem dan bulu-bulu halus entah bulu apa.
“Lha, maksud lo apa Ge?” Tora kebingungan.
“Elo tenang aja Tor! Ini sebenernya perlengkapan om gue yang lagi off shoting sinteron.”
“Maksud lo??!”
“Om gue tuh asisten artistik sebuah produksi sinetron. Dia lagi ngerjain sinetron yang judulnya manusia bersisik. Dia hebat lho, Tor. Pipi orang aja bisa dibikinin sisik. Dan masalah elo tuh cuma minta tumbuh bulu di kaki lo kan?  Nah ini dia bulunya... sini kaki lo gue lem dulu...”
“Tapi Ge...??!!!”
“Nggak usah banyak omong dah... sini kaki lo...”
Tora pasrah ketika kedua kakinya ditarik-tarik Gege. Gege membuka tutup lem lalu membalurkan lem tersebut ke sekujur kaki Tora.
“Ntar kaki gue lengket, Ge...”
“Ya iyalaaaah lengket! Namanya juga lem. Elo tenang aja dah.  Gue udah belajar sama om gue, gimana bikin bulu di kaki orang...”
Setelah kedua kaki diberi lem, dengan sangat hati-hati Gege menempelkan bulu-bulu tadi ke sekujur kaki.
“Apa elo yakin usaha elo ini bisa?” tanya Tora.
“Udah elo tenang aja... yang penting kaki lo enggak kayak kaki meja lagi!!”
Akhirnya Tora terdiam. Demi menghindari celaan kaki meja, Tora rela kakinya dipermak Gege. Dalam waktu kurang lebih dua jam, sepasang kaki Tora sudah ditumbuhi bulu-bulu. Tora senyam-senyum memandangi sepasang kakinya yang kini bisa tumbuh bulu. Sesaat Tora terdiam dan mengernyitkan dahi, “Ge... kayaknya ada yang enggak rata deh..?” tanya Tora, pada Gege yang merasa pegal-pegal setelah selesai menempelkan bulu-bulu ke kaki Tora.
“Tora, elo cerewet banget dah! Siapa sih yang bakal merhatiin bulu kaki lo rata apa kagak. Lagian, entar elo kan di lapangan lari-lari main sepak bola. Orang enggak bakalan merhatiin bulu kaki lo, tapi merhatiin bolanya! “
“Hehe... kadang pinter juga otak lo Ge...?”
Gege langsung senyam-senyum salah tingkah dipuji Tora.

***

Pertandingan sepak bola antar kelas dilaksanakan. Tora tentu saja sudah bisa ikut bermain. Tapi yang bikin Tora keki, sepanjang berlangsungnya pertandingan, enggak ada anak yang memperhatikan bulu kaki buatan yang nemplok di kakinya itu. Semua anak lebih fokus pada bergulirnya si kulit bundar dari satu pemain ke pemain lainnya. Padahal Tora sudah mati-matian mengiring bola ke pinggir lapangan, biar bukan cuma sesama pemain aja yang bisa melihat kedua kakinya ditumbuhi bulu,tapi juga para penonton di pinggir lapangan.
Setelah pertandingan selesai, Tora berjalan dengan langkah jumawa. Tora bangga bisa memperlihatkan sepasang kaki telanjangnya yang ditumbuhi bulu-bulu. Dan luar biasanya, bulu-bulu buatan Gege ini mirip seperti bulu kaki asli.
Saat berada di ruang ganti, Tora duduk istirahat melepas lelah. Gege senang sekali melihat keceriaan Tora siang ini. Apalagi tak lama kemudian Elin mendatanginya. Elin tersenyum saat menatap wajah Tora yang sumringah.
“Tora... kamu mainnya oke banget deh, meski tim kelas kalah...heheh...!”
“Makasih Elin...” jawab Tora pendek.
Elin lalu terdiam. Elin melirik kaki Tora yang sudah ditumbuhi bulu-bulu itu. Tora senyam-senyum senang kedua kakinya diperhatikan Elin.
“Tora... eee, aku boleh kasih pendapat enggak?”
“Kenapa Lin? Ya boleh dong...”
Elin mengatur nafas, seperti ingin mengatakan hal penting.
“Anu Tor... kayaknya... aku jijik banget deh kalo liet kaki anak cowok banyak bulunya...”
Tora dan Gege tersentak. Lalu keduanya saling tatap.
“Tora... kamu mau kan, nyukur bulu kaki kamu...? Elin seneng deh kalo kaki kamu tuh enggak usah tumbuh bulu. Biar keliatan enggak jorok. Bisa kan..?”
Tora mengangguk cepat. Buat cewek yang lagi ditaksir, apapun akan Tora lakukan. Apalagi kalau cuma mencukur bulu-bulu kaki palsunya!***
*)Pamulang, 07 Desember 2006
Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...