Oleh Zaenal Radar T.
Dimuat majalah Bobo, Th. XL. No. 17
Dimuat majalah Bobo, Th. XL. No. 17
Gbr. WWW.KLIPARTPANDA.COM |
Di sebuah kerajaan yang makmur
dan damai, terdapat seorang raja yang selalu bersedih setiap kali mendengar ada
yang berulang tahun. Ia bernama Raja Castor, yang memimpin sebuah kerajaan di
negeri Babilonia. Saat permaisuri Petunia merayakan pesta ulang tahun, raja Castor memilih ke hutan dengan alasan
berburu. Sewaktu pangeran Hazel ulang tahun, raja Castor malah memilih keluar
dari kerajaan dengan berpura-pura ingin menemui rakyatnya. Pokoknya, setiap
kali ada nggota kerajaan berulang tahun, raja Castor selalu menghindar.
Suatu hari, saat Raja tengah
berkeliling untuk melihat-lihat keadaan rakyatnya, Raja sedih bukan main ketika
melihat salah satu rakyatnya yang hidup sederhana tengah merayakan hari ulang
tahun. Raja Castor tak kuasa membendung kesedihannya, melihat putra seorang
rakyat kecil tengah meniup lilin ulang tahun. Kesedihan Raja Castor itu
diketahui oleh para pengawal setianya.
“Aku heran, kenapa raja sedih
sekali melihat rakyatnya berulang tahun?” tanya salah satu pengawal.
“Sssttt...,” pengawal yang
lain berbisik, “asal kamu tahu. Bukan kali ini saja raja kita bersedih saat
mengetahui orang lain berulang tahun. Aku sendiri sering melihat raja sedih
setiap kali beliau melihat orang berulang tahun...”
“Iya, tapi masalahnya apa...?”
tanya sang pengawal, penasaran.
“Aku juga tidak tahu. Apa kau
berani menanyakannya?” timpal pengawal yang lainnya.
Semua terdiam karena tak ada
yang berani menanyakan kepada raja, perihal kenapa beliau selalu bersedih setiapkali
melihat seseorang merayakan hari ulang tahun.
Tetapi suatu ketika, Allistar,
salah seorang pengawal setia Raja yang juga tak pernah berulang tahun,
memberanikan diri menanyakannya pada Raja. Saat itu Allistar mengantar Raja
melakukan perjalanan berburu berdua saja, demi menghindari hari ulang tahun
istri Pangeran Marion yang tengah berulang tahun.
“Maaf paduka, beribu-ribu
maaf. Hamba sendiri sebenarnya tidak pernah merayakan hari ulang tahun hamba.
Mengingat sejak kecil hamba hidup pas-pasan. Hamba tidak mampu walau sekadar
membeli kue dan lilin ulang tahun. Akhirnya jadi kebiasaan sampai sekarang
hamba tidak pernah berulang tahun. Namun hamba tidak pernah bersedih. Tapi
baginda raja, kenapa baginda selalu bersedih setiap kali melihat orang lain berulang
tahun...?”
“Allistar, kau adalah
pengawalku yang paling setia. Sejak kau menjadi pengawal, apa kau pernah
melihatku merayakan ulang tahun..??”
Allistar, yang sudah sepuluh
tahun menjadi pengawal setia Raja Castor
mengingat-ingat. Lalu lelaki bertubuh tegap dan berotot itu menggeleng.
“Kau tahu kenapa aku tak
pernah berulang tahun?” baginda Raja kembali bertanya. Dan Allistar pun
menggeleng lagi.
“Karena aku tidak tahu tanggal
hari ulang tahunku...hiks...!”
Setelah itu Raja Castor
semakin bersedih. Allistar jadi serba salah.
“Apa tidak ada orang lain yang
ingat tanggal hari ulang tahun paduka?” tanya Allister hati-hati, agar tidak
menyinggung perasaan raja.
“Aku terlahir ketika kerajaan
tengah berperang. Istana kerjaaan habis dibakar. Semua yang ada didalamnya
musnah, termasuk semua surat-surat dan berikut data-data kelahiranku. Saat itu
aku diselamatkan oleh seorang menteri kerajaan. Setelah remaja, ada pihak
kerajaan tetangga yang akhirnya mengenaliku sebagai pangeran kerajaan. Hingga
akhirnya aku dijodohkan dengan permaisuri, dan menjadi pemimpin kerajaan sampai
sekarang ini,” cerita Raja Castor panjang lebar.
“Jadi...paduka benar-benar tak
pernah ingat tanggal hari ulang tahun paduka?”
“Ya. Para ahli sejarah sudah
kutanyai, tapi mereka kehilangan jejak. Mereka tidak mengetahui kapan tanggal
hari ulang tahunku. Itulah mengapa sebabnya aku tak pernah merayakan hari
ulangtahun!”
Raja Castor merenungi
nasibnya. Allistar sang pengawal setia tak bisa berbuat apa-apa. Namun
tiba-tiba Allistar tersenyum, seperti baru saja menemukan ide brilian.
“Paduka, sebelumnya hamba
mohon maaf. Hamba ada usul, bagaimana kalau kita buat saja hari ulang tahun
paduka sesuka hati paduka. Hamba yakin tidak ada yang tahu dan berani
mengusiknya. Paduka tinggal tentukan tanggal dan tahun berapa paduka lahir,”
ujar Allistar, dengan mata berbinar.
Sesaat Raja Castor termenung
memikirkan usul Allistar. Lalu raja mengangguk-angguk, menandakan beliau mau
mempertimbangkan usul Allistar.
Di suatu kesempatan, akhirnya
raja Castor memutuskan akan berulang tahun yang ke enam puluh empat, tepatnya
pada tanggal Tujuh bulan Desember. Hal ini jelas saja membuat penghuni istana
senang dan gembira merayakannya. Dan ulang tahun Raja Castor pun akan segera
dilangsungkan.
Namun begitu, Raja Castor tidak
merasa gembira sedikitpun. Secara mendadak Raja Castor mengajak Allistar ke
sebuah ruangan khusus, sebelum hari ulang tahunnya dirayakan.
“Allistar. Tiba-tiba aku
menjadi merasa bersalah telah membohongi semua orang tentang hari ulang
tahunku. Aku malu merayakan hari ulang tahunku yang telah kukarang-karang
sendiri. Bagimana menurutmu?” tanya Raja Castor pada Allistar.
“Jangan bersedih, paduka.
Menurut hamba, paduka adalah orang yang paling jujur yang pernah hamba temukan
di seluruh negeri ini. Sekarang terserah paduka saja bagimana baiknya. Yang
jelas, kue dan lilin ulang tahun sudah disiapkan. Seisi istana sudah
bersiap-siap merayakannya. Rakyat di seantero negeri juga sudah mengetahui dan
turut bergembira menyambutnya...”
Raja Castor termenung. Lalu raja
tersenyum dan mengajak Allistar memasuki ruangan istana untuk merayakan hari
ulang tahun yang baru pertama kalinya digelar, sepanjang Raja Castor hidup di dunia sampai ketika
beliau memimpin kerajaan. Sebelum raja meniup lilin ulang tahun, raja menatap
semua hadirin yang hadir. Lalu Raja Castor tersenyum dan
berkata,”Maaf...sebenarnya hari ini bukan hari ulangtahunku. Karena aku
sendiri, dan semua orang di seluruh pelosok negeri, tak pernah tahu kapan aku
terlahir. Dan hari ini, adalah hari ulang tahun pengawal setiaku; Allistar! Aku
ingin meniup lilin ulangtahun ini bersama dengannya...”
Semua hadirian bingung dan saling tatap.
Terlebih-lebih Allistar sendiri. Tetapi Allistar berusaha keras
mengingat-ingat. Ternyata Raja Castor memang tidak salah, kalau tanggal tujuh Desember adalah hari
kelahirannya. Allistar sungguh senang sekali mendapat kehormatan dari Raja
Castor, dan lebih senang lagi, karena beliau tetap mempertahankan kejujurannya.
Seisi istana dan seluruh rakyat di pelosok negeri menyambut kejujuran raja
Castor, tanpa mempedulikan tanggal dan tahun kelahiran raja yang tak pernah
diketahui hari dan tanggal pastinya.***
0 comments:
Posting Komentar