Oleh Zaenal Radar T.
Dimuat majalah Bobo, No. 28/ XXXIII, 20 Oktober 2005
Dimuat majalah Bobo, No. 28/ XXXIII, 20 Oktober 2005
Gbr. www.youtube.com |
Sebentar
lagi sekolah Hardi menyelenggarakan kompetisi sepak bola antar kelas. Setiap
pulang sekolah, kelas lima, yakni kelasnya Hardi, melakukan latihan
bersama. Hardi ingin sekali ikut
latihan, tetapi sayangnya ia mesti cepat pulang. Karena Hardi harus membantu
Ayah berjualan di pasar.
Setiap hari, sepulang sekolah,
Hardi harus ke pasar membantu Ayah.
Biasanya Hardi membawakan makan siang masakan Ibu untuk Ayah. Sesekali
Hardi menemani Ayah makan, tidak makan siang bersama Ibu di rumah. Hardi senang
membantu Ayah di pasar, berjualan buah melon dan semangka. Namun sejak
teman-temannya berlatih sepak bola setiap selesai sekolah, Hardi jadi sebal
bila harus membantu Ayah di pasar. Sebab, Hardi ingin ikut latihan dengan
teman-temannya.
“Maaf, aku harus ke pasar,” ujar
Hardi, ketika teman-temannya mengajaknya latihan.
Suatu siang, saat bubaran sekolah,
beberapa teman-teman satu kelas yang hendak latihan sepak bola kembali
mendatangi Hardi. Mereka memaksa agar Hardi ikut latihan. Sebab Firman, salah
satu kiper andalan tim kelas mereka, mengalami cidera pada tangannya saat
latihan kemarin.
“Aku enggak bisa...” ujar Hardi
pada teman-temannya.
“Kamu enggak harus latihan setiap
hari. Dua hari sekali juga boleh...”
“Aku enggak enak sama Ayahku,”
ujar Hardi lagi.
“Tiga kali sehari juga enggak
apa-apa, Har. Nanti kami membantu kamu
membujuk Ayahmu agar kamu boleh ikut latihan. Kamu satu-satunya penjaga gawang
yang bisa menggantikan Firman, Har. Tolonglah, demi kelas kita,” bujuk yang
lainnya.
Hardi tetap menggeleng. Hardi
tidak bisa berbuat apa-apa. Meski
sebenarnya ia ingin sekali ikut latihan, tetapi ia tidak berani. Sebab ia
menyadari, bahwa ia harus membantu Ayah di pasar.
Sebelum ini Hardi memang terkenal
sebagai penjaga gawang di kelasnya.
Namun sejak Ayahnya berhenti bekerja dan beralih profesi sebagai
pedagang buah melon dan semangka di pasar, Hardi tak lagi bermain sepak bola
seperti biasanya. Waktunya ia pergunakan untuk membantu Ayahnya.
Sebenarnya bisa saja Hardi
memaksakan diri ikut latihan. Tetapi ia
sudah berjanji pada Ayah dan Ibunya, akan membantu usaha Ayah di pasar. Sebab Hardi menyadari, kalau selama ini biaya
sekolahnya bertumpu pada hasil usaha Ayahnya.
“Ayah dengar kamu mau ikut latihan
sepak bola ya, Di?” tanya Ayah, suatu sore saat Hardi sedang membantu melayani
pembeli.
“Kok, ayah tahu...?”
“Ayah tahu dari teman-teman kamu.
Mereka bilang, kamu bisa latihan tiga hari sekali, meskipun waktu kompetisi
sepak bola antar kelas itu penyelenggaraannya sudah hampir mendekati...”
“Iya, Ayah. Tapi...”
“Kalau kamu mau, kamu boleh ikut
latihan...”
“Tapi...”
“Sudahlah! Kalau tiga hari sekali,
tidak akan merepotkan Ayah. Nanti Ibu
bisa menggantikanmu membantu Ayah...”
Alangkah senangnya hati Hardi, karena Ayah
mengizinkannya ikut latihan. Meskipun tidak setiap hari seperti teman-teman
lainnya, Hardi sudah cukup senang. Lagi pula, meski tidak latihan setiap hari,
bila berada di pasar Hardi tetap latihan!
Caranya, Hardi membantu Ayah menyusun buah melon dan semangka dari dalam
mobil pengangkut. Buah-buah melon dan semangka itu, bila dari dalam mobil bak,
biasanya dilempar oleh yang menurunkannya, dan ditangkap dari bawah oleh Ayah
supaya cepat.
“Hup!” Ayah Hardi menangkap buah-buah melon dan
semangka itu dari dalam mobil, lalu melemparkannya ke arah Hardi.
“Hup!” dengan sigap Hardi
menangkapnya, seperti menangkap bola dari kaki lawan. Kerap kali Ayah berteriak
bila melempar melon ke arah Hardi, “Awas, konsentrasi... tendangan
pisang...!” Hardi menangkapnya sambil
menjatuhkan diri di atas jerami, “Hup! Melon... aeh bola berhasil ditangkap!”
Hardi berteriak dengan semangat. Lalu
keduanya tertawa.
***
Pertandingan kompetisi sepak bola
antar kelas berlangsung seru.
Pertandingan demi pertandingan berjalan dengan lancar. Hebatnya, tim
dari kelas Hardi berhasil masuk final. Hal itu disebabkan karena mereka
memliliki penjaga gawang yang tangguh. Siapa lagi kalau bukan Hardi!
Pada pertandingan final, kelas
Hardi berhadapan dengan kelas enam C. Ini adalah pertandingan berat. Sebab anak kelas enam C banyak memiliki
pemain yang punya tendangan geledek.
Namun, anak-anak kelas Hardi tidak terlalu khawatir. Sebab, mereka
memiliki penjaga gawang tangguh. Ketika pertandingan dilangsungkan, hasilnya
seri. Maka diadakan tendangan penalti.
“Kamu harus konsentrasi, Har!”
seseorang memberi semngat pada Hardi.
“Ayah! Ayah nonton juga?!”
“Iya, toko Ayah sudah tutup. Sudah
habis!”
Hardi memeluk Ayah dengan haru.
“Ingat... kamu harus konsentrasi
menghadapi setiap tendangan lawan, seperti kamu menghadapi buah-buah melon dan
semangka yang Ayah lemparkan ke arah kamu!” ujar Ayah, setelah melepas pelukan
Hardi.
“Iya Yah, tidak seperti kemarin,
ada melon yang jatuh dan pecah...”
“Itu karena kamu tidak
konsentrasi!”
Tendangan adu penalti pun
dilaksanakan. Hardi bersiap-siap di bawah mistar gawang, menunggu bola yang
ditendang oleh pemain lawan. Hardi
menghadapi bola-bola itu, seperti menghadapi buah-buah melon dan semangka ketika membantu Ayahnya di pasar. Semua bola
yang mengarah ke gawang, berahasil ditangkapnya!***
0 comments:
Posting Komentar