Dongeng oleh Zaenal Radar T.
Dimuat di majalah Bobo, Th. XL, No. 29, 25 Okt 2012
Dimuat di majalah Bobo, Th. XL, No. 29, 25 Okt 2012
gbr. www.4vektor.com |
Pada saat Trerere si ikan Teri tengah menyusuri pantai yang indah
itu, alangkah terkejutnya Trerere. Ia melihat sebuah benda seribu kali lebih besar dari tubuhnya
teronggok dibibir pantai. Makhluk apakah itu?
Trerere mendekati makhluk itu. Oh, ternyata seekor ikan Paus. Mengapa ikan Paus yang
besar ini bisa berada di pantai ini?!
Trerere mendekati ikan Paus itu. Setengah tubuhnya masih
terendam air laut. Ada bercak darah di sekitar tubuhnya yang besar itu. Oh,
tubuh ikan Paus itu
berdenyut-denyut. Ia masih hidup rupanya! Trerere mendekati kelopak mata ikan Paus itu.
Tubuh Trerere menempel pada kelopak mata ikan Paus. Ketika tubuhnya menyentuh
dinding kelopak mata ikan Paus itu, alangkah terkejutnya Trerere.
“Hei!!! Siapa kau!?
Berani-beraninya berdekat-dekatan denganku!” ikan Paus itu berteriak.
Suaranya bergemuruh, memekakan pendengaran Trerere.
“Halo tuan besar yang malang!” teriak Trerere, di depan
mata ikan Paus.
Ikan Paus itu tidak menjawab. Tiba-tiba ikan Paus itu
justru meneteskan airmatanya.
Ia tampak sedih sekali.
“Kenapa kamu menangis?!” tanya Trerere, berubah jadi iba.
“Kurasa, aku akan mati di pantai ini. Aku sudah berusaha untuk kembali ke laut
lepas, tapi tubuhku berat sekali digerakkan. Sudah satu bulan aku seperti ini, tak bisa
bergerak kembali ke laut lepas!” akhirnya ikan Paus itu berterus terang.
“Kenapa kamu bisa berada di pantai ini…?”
“Aku terhempas oleh gelombang badai!”
Oh, Trerere teringat akan anak dan istrinya, yang juga
hilang akibat badai yang terjadi satu bulan lalu!
“Aku akan menolongmu, ikan Paus!” ucap Trerere, dengan suara
berapi-api. Trerere pikir, ikan Paus ini punya
anak dan istri seperti dirinya. Bagaimana perasaan anak dan istrinya yang ia
tinggalkan sebulan lamanya?!
“Apakah kamu bisa menolongku, makhluk kecil!?”
“Hei!? Jangan sebut aku begitu!!” Trerere marah. “Panggil
aku Trerere!”
“Ya, Trerere! Apakah kau bisa menolongku?! Bagaimana kau bisa menolongku, dengan
tubuh....”
“Sudahlah,
jangan cerewet! Kau diam di sini! Kau pasti tak ingin
terus-menerus kesakitan di pantai ini!
Meski pantai ini indah, tentu kau memilih berada di laut lepas dengan
anak dan istrimu!”
“Kamu benar, Trerr...”
“Trerere!”
“Ya, Trerere! Kamu benar!
Aku kangen dengan anak dan istriku. Mereka pasti menungguku. Atau... mungkin mereka
mengira aku telah mati...?? Huuu... huuuu...” ikan Paus yang besar itu menangis lagi.
“Sudahlah. Jangan cengeng! Tubuh besar sepertimu tak pantas menangis. Aku juga bernasib sama
sepertimu.
Aku juga kehilangan anak dan istriku. Tapi, aku tak pernah menangis sepertimu!”
“Sudahlah Trerere!
Tolonglah aku! Aku berjanji akan
membantumu, bila aku bisa kembali ke laut lepas…”
“Tunggulah aku! Aku akan memanggil teman-temanku!”
Setelah itu Trerere pergi meninggalkan ikan Paus. Ia
beranjak ke laut lepas, bergerak dengan lincahnya.
Ikan Paus itu kini sendiri. Ia tak lagi
menggelepar-gelepar. Melainkan diam
dengan pasrah, menunggu pertolongan Trerere. Dan sebentar kemudian, Ikan Paus
itu terkejut mendengar suara bergemuruh
dari arah laut lepas. Trrrr.... trrr.... trrr...!!! Suara gemuruh itu semakin lama semakin
besar. Dan ternyata gemuruh itu....
“Apa kabar, tuan besar…!?” sapa Trerere, membuat ikan Paus mengerti bahwa
suara gemuruh itu ternyata rombongan ikan Teri!
“Oh, Trer...”
“Trerere!”
“Ya, Trerere. Uh, nama kamu sulit sekali diucapkan. Trerere, apakah aku bisa secepatnya kau
selamatkan…!?”
“Maaf, tuan besar...!”
“Stop! Jangan panggil aku tuan besar. Namaku Paspas. Panggil aku Paspas!”
“Oh, Paspas. Haha, baiklah Paspas. Kami akan menolong kamu! Kami akan mendorong kamu ke laut lepas. Kami juga sudah menyiapkan dua
ratus tim dokter kami. Nanti lukamu akan kami rawat.”
Paspas tersenyum. Baru kali ini Trerere melihat si tubuh
besar itu tersenyum.
“Kau tidak terlihat manis, meski tersenyum begitu, Paspas!”
“Hahahahaha! Kau pandai melucu, Tererere!” Paspas terbahak, sambil meringis menahan sakit.
Trerere dan
rombongan ikan Teri lainnya mendorong tubuh Paspas bersama-sama. Ribuan ikan
Teri memenuhi tepi pantai, untuk membantu menyelamatkan Paspas si ikan Paus besar. Dengan gigih, rombongan
ikan Teri mampu membawa Paspas ke laut lepas. Dua ratus
dokter ikan Teri pun siap mengobati luka Paspas. Setelah dengan susah payah, Trerere dan
rombongannya berhasil menyelamatkan Paspas. Paspas berhasil hidup kembali di laut lepas.
***
Seminggu kemudian Paspas telah kembali ke keadaan semula. Lukanya telah
benar-benar sembuh. Selain itu, ternyata Paspas menemukan kembali anak dan istrinya. Anak dan istrinya senang
sekali bisa berkumpul kembali dengannya. Dan akhirnya Paspas pun menjalin
persahabatan dengan Trerere.
“Terima kasih, Trerere!
Perkenalkan, ini Puspus anakku, dan istriku Pespes!
Dan anak-istriku tercinta, inilah Trerere yang telah menyelamatkanku!”
Paspas memperkenalkan keluarganya pada Trerere.
“Ooh...! Senang bertemu denganmu, Trerere. Terima kasih telah
menyelamatkan suamiku.” tukas Pespes, istri Paspas.
“Sama-sama. Dalam hidup ini, kita memang harus saling
tolong menolong.” jawab Trerere, seraya
menahan kesedihan. Karena setelah melihat kebahagiaan keluarga Paspa, Trerere
teringat akan anak dan istrinya yang hilang.
“Dan tahukah kau paman Trerere. Ada kejutan untukmu!”
ujar Puspus, putra kebanggaan Paspas.
“Kejutan..?!”
“Ya! Lihatlah ke sini!!”
“Ya! Lihatlah ke sini!!”
Puspus membuka mulutnya lebar-lebar. Tak lama kemudian dua
ekor ikan Teri keluar dari sela-sela gigi-gigi runcingnya! Wow, ternyata itu anak dan istri Trerere yang
hilang. Betapa bahagianya Trerere.
Inilah buah dari sikap saling tolong menolong yang telah ia lakukan terhadap
Paspas si ikan Paus!***
0 comments:
Posting Komentar