Mamat Metro

Mamat Metro

Pemuda Bertangan Buntung

Oleh  Zaenal Radar T.

Sumber: Buku Dongeng "Pangeran Yang Takut Disunat (Beranda, 2005)

Photo: sansancleo.blogspot.com

           Di sebuah desa yang subur dan damai terdapat seorang pemuda  bertangan buntung.  Pemuda itu telah kehilangan kedua tangannya sehingga ia harus bekerja dengan mulutnya.  Pekerjaannya adalah mengusir burung-burung atau hewan-hewan liar pengganggu tanaman padi.  Setelah kedua tangannya buntung, tak ada yang bisa ia kerjakan selain pekerjaan mengusir burung-burung dan hewan liar pengganggu tanaman siap panen itu.
Meskipun tidak mempunyai kedua tangan, pemuda tersebut sangat disegani oleh semua penduduk.  Pemuda bertangan buntung itu sangat dihormati. Hal itu disebabkan karena jasa pemuda itu, telah menyelamatkan nyawa pemimpin kampung dari ancaman perampok.  Kalau tidak ada pemuda yang belakangan  tangannya buntung itu, mungkin penduduk di kampungnya sudah kehilangan pemimpinnya!
         Ketika itu, Ridwan, si pemuda bertangan buntung itu, kedua tangannya masih utuh seperti tangan orang-orang kebanyakan.  Ridwan adalah seorang pemuda biasa dari keluarga petani sederhana.  Ketika itu, suatu malam terjadi sebuah perampokkan besar-besaran di rumah pemimpin kampung.  Beberapa peronda diikat tubuhnya dan dibunuh bagi yang berani melawan perampok tersebut.  Beberapa penduduk yang kebetulan melihat aksi para perampok itu bersembunyi ketakutan.  Bahkan ada yang lari tunggang langgang.
         Namun tidak bagi pemuda bernama Ridwan.  Ia menghadang para perampok dengan ilmu silat yang ia miliki.  Tetapi karena jumlah perampok itu tidak sedikit, Ridwan mendapat kesulitan.  Para perampok itu mengeroyoknya.  Dan malang tak dapat ditolak, kedua tangan Ridwan dihajar dengan golok hingga buntung!
       Setelah Ridwan jatuh, para perampok mengambil isi harta pemimpin kampung.  Tidak semua harta pemimpin kampung bisa diambil perampok, karena tak lama kemudian bunyi kentongan bertalu-talu dari seluruh penjuru kampung.  Menyadari hal itu, para perampok melarikan diri bersama hasil rampokannya. 
        Satu hal yang tak dihiraukan perampok, adalah pemilik rumah alias pemimpin kampung.  Rupanya, ketika para perampok berkelahi dengan pemuda Ridwan, diam-diam pemimpin kampung mengendap-endap bersama seluruh keluarganya ke belakang rumah.  Bersembunyi di sana.
      Dan ketika para penduduk berkumpul di rumahnya,  pemimpin kampung tersebut keluar.  Penduduk merasa lega karena pemimpin kampung mereka selamat.  Namun begitu, mereka sedih melihat pemuda bernama Ridwan terkulai tak berdaya, dengan kedua tangannya yang buntung!
       Ridwan segera dilarikan ke rumah seorang tabib, dan mendapat perawatan di sana.  Pemimpin kampung menyematkan penghargaan padanya, memberikan mandat supaya ia menggantikan dirinya menjadi pemimpin kampung. Hal itu beliau lakukan mengingat dirinya sudah tua dan sering sakit-sakitan.   Akan tetapi, Ridwan menolak jabatan tersebut.  Ia memilih setia pada pekerjaannya, mengusir burung-burung di pematang sawah.  Huaah...! Huaahh...!
       Ridwan merasa bersyukur meski hanya menjadi pengusir burung-burung di sawah.  Bila musim panen tiba, ia mendapat bagian dari pemilik sawah. Di samping itu, Ridwan pun dipercaya untuk membantu menjemur gabah-gabah kering yang sudah dipanen. Karena tidak memiliki tangan, Ridwan menggunakan kedua kakinya. Bagi Ridwan, itu tidaklah sulit. Mungkin karena ia sudah terbiasa menggunakan kaki sebagai pengganti tangannya.
       Pekerjaan lainnya selain  mengusir burung-burung dan menjemur gabah-gabah kering adalah menggembala hewan ternak. Setelah musim panen usai, biasanya bebek-bebek digiring ke sawah. Ridwan menggiring bebek-bebek itu dengan suara mulutnya yang khas. Hus! Hus! Bebek-bebek itu pun seperti mengerti apa yang diperintahkannya
Meski tidak memiliki kedua tangan, Ridwan tidak pernah terlihat kerepotan. Ia bisa makan tanpa harus menggunakan sendok. Ia bisa makan langsung dengan mulutnya. Ridwan tidak mau disuapi. Ia memang tidak mau merepotkan orang lain!
       Dan seluruh penduduk di desanya maklum akan keberadaannya. Mereka sangat menyayangi pemuda bertangan buntung itu.  Para penduduk selalu menyediakan pekerjaan untuknya.
       Demikianlah Ridwan, pemuda yang akhirnya sangat dihormati oleh seluruh penduduk kampung meski bertangan buntung!***
Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...