Cerpen Zaenal Radar T.
Dimuat di majalah Bobo, No.13, 07 Juli 2011
Dimuat di majalah Bobo, No.13, 07 Juli 2011
Gbr: www.nyunyu.com |
Setiap pergi dan pulang sekolah aku selalu diantar sepeda motor. Dengan
begitu aku tak pernah terlambat tiba di sekolah maupun di rumah. Hal itu
disebabkan karena sepeda motor yang mengantarku selalu tepat waktu. Teman-teman
di sekolah merasa iri padaku. Sebab mereka tidak selalu tepat waktu sepertiku.
“Ojek langgananku payah! Dia sering terlambat!” ujar Melvi,
salah satu sahabatku yang diantar sepeda motor.
“Mas Agung, ojek yang mengantar dan menjemputku, juga
sering telat! Soalnya rumah mas Agung jauh di ujung kampung!” tambah Reva, yang
juga diantar ojek.
“Wah, wah... kalau begitu kita semua senasib! Ojek
langgananku juga suka ngaret! Sebentar-sebentar nggak bisa jemput aku karena
alasan macam-macam!” gerutu Dika, yang
baru sebulan ini antar jemput ojek sepeda motor.
Aku merasa beruntung dibanding teman-temanku itu. Dan
sebenarnya mereka yang menumpang sepeda motor sepertiku jauh lebih baik dari
anak-anak lain yang diantar jemput dengan mobil. Sebab jalanan di tengah kota
selalu macet. Kalau sepeda motor bisa menyalip karena bannya cuma dua. Heheh...
Menumpang sepeda motor itu menurutku mengasyikan. Meski
tidak terlalu suka sepeda motor yang kubonceng ngebut, tetapi kalau tengah
tergesa-gesa aku mau saja diajak ngebut. Supaya sampai di tempat tujuan tepat
waktu.
Tidak hanya pergi ke sekolah saja aku diantar pakai sepeda
motor. Ke tempat les, ke toko buku, jalan-jalan ke tempat rekreasi, dan ke
tempat lainnya juga menggunakan sepeda motor.
Tetapi ada tidak enaknya juga kemana-mana membonceng sepeda
motor. Selain kepanasan karena terik matahari, kalau hujan bisa basah kuyup.
Kecuali kalau tidak lupa membawa mantel atau jas hujan.
Suatu hari, beberapa menit sebelum jam pulang sekolah,
semua teman-teman yang menggunakan jasa ojek sepeda motor menemuiku. Mereka
ingin menukar langganan ojek mereka denganku.
“Aku nggak cocok sama ojek langgananku. Sekali-sekali kita
tukaran saja ya?” rayu Melvi.
“Sama aku saja, deh! Aku sudah bosan mendengar alasan
tukang ojek langgananku!” ucap Dika.
“Tukar sama aku saja deeeh...pliiis...!” Reva memohon.
Aku cuma tersenyum mendengar keluhan ketiga sahabatku.
Mereka pikir aku bisa dirayu. Heheh, enak saja...
“Rafli... kok, kamu malah senyam-senyum gitu!??”
“Dengar ya, aku nggak mungkin menukar ojek langgananku
dengan ojek kalian yang sering terlambat itu. Nggak bisa!” ucapku, membuat
ketiga sahabatku semakin kesal.
“Huh, dasar pelit!!” ujar mereka serempak.
Aku tidak peduli pada umpatan sahabat-sahabatku. Aku segera
berlari menuju halaman sekolah, karena sebuah sepeda motor yang menjemputku
sudah datang. Sementara itu sepeda motor yang menjemput ketiga sahabatku belum
terlihat.
Dan pada hari libur sekolah ketiga sahabatku main ke
rumahku. Mereka tidak lagi memaksa menukar jemputan sepeda motor lagi, tetapi
sedang berencana mencari tahu bagaimana mendapatkan ojek yang tepat waktu
seperti ojek yang mengantar dan menjemputku.
Saat kami sedang asyik menikmati kue bikinan ibuku, ayahku
pulang. Ayah pulang dengan sepeda motor yang sudah tidak asing lagi dimata
sahabat-sahabatku. Boleh jadi, sepeda motor tersebut yang mengantar dan
menjemputku ke sekolah, termasuk bepergian kemana-mana.
“Rafli... itu kan... ojek yang selalu mengatar dan
menjemput kamu...?” bisik Melvi. Yang lain juga terperangah.
“Ya, benar. Dia adalah ayahku! Ayahku kan seorang tukang
ojek sepeda motor! Aku bangga sekali padanya...” jawabku, membuat ketiga
sahabatku mengangguk-angguk mengerti.
Di waktu-waktu berikutnya ketiga sahabatku benar-benar
sudah tak lagi menyinggung-nyinggung tentang ojek sepeda motor. Meskipun ojek
sepeda motor langganan mereka kerap terlambat, mereka tak lagi meminta
menukarnya dengan ojek langgananku, yang tak lain adalah ayahku sendiri!
Pada hari minggu ini ayahku libur mengojek. Ayah
mengajak aku dan ibu ke kebun binatang. Ayah memacu sepeda motornya, ditengah
kemacetan mobil-mobil yang memenuhi jalanan kota. Kami terus melaju karena
masih bisa mengambil jalan sebelah kiri yang dapat dilalui sepeda motor.
Brrrruuuummmm.... bruuuummm.... suara sepeda motor ayah menderu-deru.***
0 comments:
Posting Komentar