Mamat Metro

Mamat Metro

Raja Tuli

Oleh:  Zaenal Radar T.

Sumber: majalah anak-anak KREATIF, No.5 Th. 2004

gbr: 16boby.wordpress.com



Semua orang pintar yang ada di negerinya dikumpulkan di istana. Mereka diperintah  untuk menyembuhkan Raja yang mendadak tuli!

“Bagaimana Baginda, apakah sudah dapat mendengar perkataan hamba?” tanya  tabib terakhir yang mengobatinya, tabib paling hebat di negerinya.

Raja diam saja. Keningnya berkerut-kerut menghadapi tabib yang bertanya padanya.  Raja tidak mengerti apa yang diucapkan sang tabib.  Raja hanya tahu, mulut sang tabib yang bergerak turun naik seperti ikan mujair.  Ternyata telinga Raja tetap tuli!

“Paduka... mendengar... kata-kata... hamba...?” ulang sang tabib, dengan terbata. 

Raja tetap diam. Semua penghuni istana menghela nafas. Perasaan heran  dan cemas berkecamuk di dada masing-masing.  Mengapa tiba-tiba Raja menjadi tuli?  Apa penyakit yang diderita Raja?  Dan mengapa tidak bisa diobati?!

Akhirnya, setelah semua orang pintar di negerinya tak berhasil menyembuhkannya, pihak istana mengundang orang pintar dari negeri lain.  Namun, tetap saja tak mampu membuat Raja sembuh.  Satu persatu tabib berguguran, tidak berhasil mengobati telinga Raja yang tuli.  Dan akhirnya Raja hanya bisa pasrah, memimpin negerinya dalam keadaan tidak bisa mendengar.

Duh, betapa repotnya memiliki Raja yang tuli!  Dan sebaliknya, Raja sendiri mengalami banyak kesukaran.  Apalagi ketika itu belum ada istilah menulis dan membaca.  Jadi terpaksa Raja berkomunikasi dengan isyarat.  Tentu saja, Raja jadi kesulitan berkomunikasi. Sebab semua orang istana memberikan laporan dengan isyarat!

Meski begitu, seluruh rakyat di negerinya tidak tahu bila Raja mereka tuli.  Rakyat yang selama ini menderita kemiskinan semakin tak terurus.  Sebab sudah sejak lama Raja tak pernah mengetahui keadaan rakyatnya, sejak Raja belum tuli seperti sekarang ini.

“Tidak tuli saja baginda raja tak pernah mau mendengar keluhan rakyat... apalagi tuli!?” ucap seorang pengawal istana pada pengawal lainnya.

“Pssstt... jangan keras-keras... nanti raja marah...”

“Ah, raja kita kan tuli...!”

Pada saat itu Raja melihat percakapan dua pengawal istana itu.

“Apa yang kalian bicarakan!?” bentak Raja.

Lalu salah satu pengawal memberikan bahasa isyarat, dengan gerakan tangan dan tubuhnya.  Maksud gerakan itu, ‘Raja perlu istirahat atau mungkin hiburan..?’

Sambil tersenyum, Raja berkata: “Aku memang ingin sekali keluar istana.  Tolong siapkan kudanya!”

“Paduka hendak jalan-jalan ke mana?” tanya pengawal lainnya.

Ups! Jelas saja Raja diam saja.  Raja, kan tuli!

Kemudian salah satu pengawal melaporkan keinginan Raja pada para pejabat istana, bahwa Raja ingin jalan-jalan keluar istana.  Para pejabat istana yang secara kebetulan tengah berunding soal penyakit tuli sang Raja itu, berpesan agar para pengawal merahasiakan penyakit Raja pada siapapun di luar istana.

“Kita ke mana,  nih...?” tanya salah seorang pengawal

“Aku ada usul.  Sini, kubisiki...:”

“Husy!  Bicara saja keras-keras!  Raja kita tak akan mendengar!”

Huahaha. Para pengawal pun tertawa.

“Apa yang kalian tertawakan?!”  teriak Raja, setelah melihat para pengawal tertawa.  Salah seorang pengawal menjawab dengan isyarat.  Kata pengawal, masih dengan bahasa isyarat, ”Mereka senang bisa berjalan-jalan keluar istana bersama Raja.”  Raja mengangguk-angguk senang.

Rupanya para pengawal sepakat membawa Raja ke tempat-tempat pemukiman rakyat miskin!  Karena sebenarnya beberapa pengawal istana  berasal dari pemukiman yang miskin itu.  Raja sendiri tidak tahu bila tujuan perjalanannya ke tempat pemukiman penduduk miskin!

Setibanya di sana, rakyat berbondong-bondong menyambut kedatangan Raja!  Raja  terheran-heran menyaksikan langsung keadaan rakyatnya.  Raja sedih sekali melihat keadaan rakyatnya yang miskin.  Selama ini Raja tidak pernah mendengar keluhan para menterinya, tentang keadaan rakyat di sebuah pemukiman yang saat ini ia kunjungi.  Malahan, Raja justru menaikkan jumlah pajak dan upeti!

Sebuah masjid yang hampir roboh dijadikan sebagai balai serbaguna.  Terdengar khabar bahwa seorang pemuda pemeluk agama islam bernama Ahmad Syaefullah, secara sukarela mengurusi orang-orang kampung yang sakit.  Ia bukan dukun atau tabib, melainkan seorang pemuda biasa.  Disamping itu, ia mengajarkan baca tulis pada anak-anak.

“Selamat datang Raja!  Kami senang Raja berkenan datang langsung ke sini!  Kami pikir Raja tak juga mau mendengar keluhan kami selama ini...!” teriak salah seorang pemuda, yang tak lain adalah Ahmad Sayefullah, dari kumpulan orang-orang yang menyambut kedatangan Raja yang tiba-tiba itu.

“Lancang kau anak muda!!” teriak pengawal, sambil menempelkan pedang ke leher Ahmad Syaefullah.

“Hentikan!  Hentikan!” ucap Raja, pada para pengawal yang hendak menyakiti Ahmad Syaefullah.

“Dia lancang sekali, Raja!” kata si pengawal.

“Biarkan pemuda itu menyampaikan keluhannya...!” ujar Raja akhirnya.

Maka pemuda pemberani itu pun menyampaikan keluhannya.  Raja mendengarkannya dengan seksama. Pemuda itu pun mengutarakan berbagai hal mengenai keadaan rakyat yang mengalami penderitaan akibat kemiskinan. Raja mendengarkan suara lembut pemuda itu! Sungguh ajaib, Raja tiba-tiba bisa mendengar keluhannya!

“Baiklah, saya akan memenuhi keinginan kalian.  Mulai hari ini, kalian dibebaskan membayar pajak dan upeti!!” jawab Raja, setelah mendengar kata-kata si pemuda. Hal itu membuat para pengawal istana keheranan.  Dan para pengawal bertambah heran, ketika akhirnya para penduduk saling bercakap-cakap dengan Rajanya!

Raja bisa mendengar?  Raja tidak tuli lagi?

Ya, sejak kejadian itu Raja kembali bisa mendengar!  Dan itu membuat Raja sadar, bahwa selama ini beliau tak pernah mau mendengarkan rakyat kecil!   Sejak bisa kembali mendengar dan mengabulkan keinginan rakyatnya itu, Raja tidak lagi tuli.  Bahkan Raja mampu mendengar keluhan rakyat yang paling jauh sekalipun, lewat pejabat-pejabat istana. Bahkan, ketika mendengar kumandang adzan, airmata raja bercucuran.

“Suara apa itu?” tanya raja pada salah seorang penduduk.

“Itu panggilan solat!  Sudah hampir setengah tahun ini kami mengerjakan solat, beribadah kepada Allah SWT. Kami telah memeluk agama Islam yang dibawa oleh pemuda baik hati itu!” jawab penduduk itu.

Tak beberapa lama kemudian, rakyat kembali hidup makmur.  Rakyat pun senang karena pemimpin mereka pada akhirnya selalu mendengar keluhan rakyat kecil.  Jelas saja, Raja sudah tidak tuli lagi! Selain itu, akhirnya raja berniat masuk Islam, dan meminta pemuda bernama Ahmad Syaefullah mengajarkan tentang Islam di istananya.***



Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...