Oleh: Zaenal Radar T.
Dimuat majalah KaWanku, No.29/XXXII, 13-19 Januari 2003.
(Catatan: Cerpen ini dibuat sewaktu boy band F4 (serial Meteor Garden) lagi ngetop2nya...)
Dimuat majalah KaWanku, No.29/XXXII, 13-19 Januari 2003.
(Catatan: Cerpen ini dibuat sewaktu boy band F4 (serial Meteor Garden) lagi ngetop2nya...)
photo: youtube.com |
Tanggal
10-11 Januari tahun ini adalah saat yang Gea
nanti-nanti. Soalnya F4 ngadain konser
di Jakarta. Gea malah udah pesan tiket
dari jauh-jauh hari. Duit tabungannya
kandas sudah seluruhnya! Pikir Gea, enggak apalah enggak punya simpanan. Yang penting bisa ketemu sama Dao Ming
Shi! Enggak lupa, Biar Dao Ming Shi
tertarik, Gea dandan abis-abisan kaya Shan Cai!
Soalnya, dari keempat cowok itu, Gea paling tergila-gila sama Dao Ming
Shi alias A-se!
Enggak percuma Gea ngebela-belain manjangin rambut sampai sedada mirip Shan
Cai. Dan yang juga enggak boleh
kelupaan, harus berepot ria dengan masalah tato. Shan Cai kan punya tato kecil di sela jari
jempol dan telunjuk tangan kanananya.
Juga di leher bagian belakang.
Masalah tato sebenarnya gampang.
Gea bisa beli di kaki lima Jalan Melawai, Blok M.
Yang jadi masalah, Gea benci banget sama bentuk bola
matanya. Mata Shan Cai kan sipit. Sedang Gea, terus terang aja, berbola mata
belo! Kalo kulit enggak jadi soal. Sebab kulit Gea putih kayak kulitnya Shan
Cai. Dan postur tubuh Gea juga enggak
jauh beda sama Shan Cai. Jadi... gimana,
ya?
Ahai, kenapa enggak ke salon aja? Siapa tahu bisa.
Akhirnya Gea ke salon cuman untuk tanya, ada enggak cara
merias mata dari belo supaya jadi sipit?
Terangnya, buat jadi Shan Cai ini Gea pol-polan! Kudu terwujud biar Dao Ming Shi alias A-se
kesengsem!
Beruntungnya Gea.
Ternyata ada salon kecantikan yang sanggup ngerombak mata Gea yang belo
jadi agak-agak sipit. Kalo udah agak
sipit nanti, Gea bakal jadi ngerasa Shan
Cai beneran! Shan Cai yang selalu
dikejar-kejar Dao Ming Shi. Jadi pas
konser Flowers Four itu Gea bakal menaklukan si Dao Ming Shi!
***
Sebelum
menyaksikan F4 langsung lewat konser, Gea sibuk memutar ulang VCD Meteor
Garden berulang-ulang. Bahkan Meteor
Garden II enggak terlewatkan.
Sampai-sampai Gea hapal dari ucapan sampai gerakan-gerakan Shan Cai dan
anak-anak geng F4 itu!
Namun begitu, Shan Cai lah yang jadi fokus utama Gea. Gea memperhatikan dengan sedetil-detilnya
apa-apa yang ada pada diri Shan Cai.
Dari rambut, kaos, celana, asesoris, pokoknya semua yang melekat pada diri Shan Cai habis-habisan ditirunya. Bisa jadi, Gea ngerasa lebih pas memerankan
Shan Cai daripada Barbie Hsu, pemeran Shan Cai aslinya! Ini semua tentu saja Gea lakukan demi menarik
perhatian si Ganteng Jerry Yan alias Dao Ming Shi!
Lain hal dengan Raya, sohib kentalnya Gea. Raya bilang, ia enggak peduli siapa itu Dao
Ming Shi, Hua Zhe Lei, Xi Men dan Mei Zhuo, anak-anak geng F4 di Meteor Garden
itu. Atau sama Shan Cai yang lagi
abis-abisan dijiplak Gea. Raya bilang,
seandainya anak-anak F4 yang masing-masing bernama asli Jerry Yan, Vic Zhou, Ken Zhu dan Vannes Wu
itu mendekatinya, Raya bakal cuek
bebek! (Hihi, Raya sadar, semua itu
pasti mimpi!) Selain itu, Raya kan emang
nggak serius ngikutin F4. Jadi nggak terlalu surprise atas kedatangan A-se dan
gengnya itu. Raya malah membangga-banggakan Brendy, sahabat barunya yang
katanya perhatian abis itu.
“Apa coba, kelebihan si Brendy dibanding A-se?!” ucap Gea
sengit, sewaktu Raya membangga-banggakan Brendy padanya.
“Apa, ya...!?” Raya malah bingung ngejawabnya.
“Enggak ada apa-apanya, kan!?”
“Ya jelas aja lah! Dao Ming Shi kan kaya... ganteng abis...
sportif... terkenal.... macho... Tapi...
sayangnya, angkuh dan tajir!”
“Hah!? Terus si Brendy, apa hebatnya?”
“Ee... sejauh ini, Brendy itu udah baik banget ke gue! Kita
tuh kompak! Dia rela nganter gue ke toko buku meski harus nungguin gue numpang
baca. Suka traktir gue bakso, terus... rajin bikinin gue puisi!”
“Uuh, dianter pake vespa butut aja bangga! Baru ditraktir bakso tok tok aja udah
segitunya! Dibikinin puisi?! Ih, kampung banget sih...!”
“Biarin aja, ye...!
Yang penting kan gue suka! Dan
yang pentingnya lagi, Brendy anaknya baik! Enggak pernah angkuh! Enggak pernah ngomong kasar! Enggak judes dan sombong!”
“Norak, lu!!”
“Dari pada A-se?
Mentang-mentang kaya, belagu banget!!”
“Tapi kan, A-se baik banget sama Shan Cai? Perhatian banget! Buktinya, meski ganteng dan kaya, A-se enggak
playboy! Cuma ada satu cewek
dalam dirinya: Shan Cai...! Uh, kayaknya
gue udah enggak sabar nonton konsernya, biar bisa dipeluknya...”
“Jadi itu toh, kenapa elu nyontek gayanya Shan Cai
abis-abisan?”
“Lha, iya lah!”
“Biar pas konser nanti A-se meluk elu?”
“He-eh!”
“Gue doain, deh!
Mudah-mudahan elu suksesss!!!”
“Kok, ngomongnya ketus gitu?”
“Eh, gue serius! Gue berharap elu berbahagia bertemu dengan
cowok pujaan lu!”
“Hehe, thanks deh. Terus, ngomong-ngomong, elu
enggak nonton?”
“Nggak ah.”
“Kenapa?”
“Selain nggak suka, tiketnya mahal!”
“Huu, dasar! Emangnya elu enggak punya tabungan?”
“Tabungan?! Sori,
ya. Tabungan gue buat...”
“Buat modal kawin sama Brendy? Hua ha ha...!”
“Eh, jangan sembarangan yah! Gue sama Brendy cuman temenan
kok? Dan yang jelas, gue sayang pake tabungan gue buat nonton F-se!”
“Bisa nyesel seumur hidup lu! Belom tentu F-se bakal konser lagi di
sini!”
“Biarin!! Kalo gue mau, gue kan bisa nonton lewat tivi! Pasti ada siaran ulangnya!”
“Hey, elu tuh irit amat, sih!?”
“Biarin! Irit kan
pangkal kaya!”
“Udah, sono lu sama Brendy!”
“Iya, lah...! Bentar
lagi juga gue mau minta di anter ke perpustakaan nasional. Lagian, gue enggak
mau gangguin elu terus! Nanti A-se
marah! Bisa-bisa gue bakal kena teror
anak-anak F-se!”
Raya akhirnya meninggalkan Gea,
sebelum Gea benar-benar kumat kemarahannya.
Maklum, Gea emang gampang emosi.
Apalagi kalo Raya nyinggung soal ketajiran F4!
Namun begitu, keesokan harinya mereka kompakkan lagi. Malahan, Gea minta diantar Raya ke kaki lima
Blok M, nyari tato buatan. Setahu Gea,
yang murah cuma di sana. Hihi, bukannya
irit. Gea bilang, Gea emang lagi kempis
banget. Dokatnya udah terkuras buat
pesan tiket konser itu!
***
Ternyata emang enggak susah
bikin tato buatan ala Shan Cai itu.
Sekali tempel, didiamin sebentar, langsung jadi! Akhirnya tato itu benar-benat nempel di
bagian belakang leher dan diantara sela jempol dan telunjuk tangan kanannya
Gea. Sama seperti tato Shan Cai di
Meteor Garden! Gea senang bukan main! Ya
ampuun, Gea bener-bener kesihir Meteor Garden!
Brendy yang akhirnya ikutan nyari tato itu cuma
senyam-senyum. Tapi menurut Gea, senyum
Brendy enggak semanis senyumnya Jerry Yan alias A-se!
“Kamu emang mirip Shan Cai!” puji Brendy.
“Uh, sayang aja yang ngomong kamu! Coba kalo A-se?
“Rambut kamu...
kaos, tas, Jins, HP, tato, tapi...” Raya yang ikutan muji-muji Gea
berhenti sebentar...
“Tapi apa?” Gea penasaran.
“Tapi sayangnya mata kamu belo!”
“Eits! Tunggu tanggal mainnya! Besok, sebelum konser, gue kan udah janji mau
ke salon! Jangan kaget, ya... kalo make-up
gue nanti bener-bener mirip Shan Cai!!!”
Akhirnya Raya dan Brendy cuma bisa menghela nafas. Mereka berdua pasrah atas apa yang diinginkan
Gea.
Tapi tidak bagi Papi dan Maminya Gea.
“Apa-apaan kamu, pake tato-tatoan segala? Emangnya kamu mau
jadi preman, apa?!” sembur Papi, pas tahu Gea pakai tato.
“Nanti juga bisa hilang, Pap...”
“Hilang bagaimana...?!”
“Ini cuma tato palsu!
Paling banter tiga hari hilang!”
“Emangnya nonton konser mesti pakai tato, apa? Tika sama Mia aja enggak pakai tato-tatoan
kayak kamu...” ucap Mami, agak melunak.
“Yaa, Mami! Gea
janji, deh. Selesai konser nanti tatonya
langsung dihapus...”
“Ya, sudah! Tapi
kamu mesti fit, ya? Nonton konser itu mesti kuat fisik. Yang nonton pasti ribuan orang. Takutnya nanti ada acara desak-desakkan. Apalagi kamu dapet kelas festival!” Papi
menasehati.
“Iya deh, pap!
Jangan khawatir. Tapi... ee...
ngomong-ngomong, bisa minta tambah uang transportnya, enggak...?”
“HAH...!? Emangnya
belum cukup!?”
“Soalnya, biar kelihatan cantik, Gea kan mesti ke salon...”
“Nih! Dasar Mam,
putri kamu ini makin centil aja!” Papi menyodorkan dua lembar seratus
ribuan. Tapi pake acara pasang muka
merengut.
Gea menerimanya sambil melompat-lompat kegirangan. Setelah itu, buru-buru ia cium kening Papi
dan Maminya secara bergantian.
***
Acara konser berlangsung tepat
waktu. Empat cowok Taiwan berambut keren
itu benar-benar memenuhi janjinya, menghibur para penggemar yang memenuhi areal
Pekan Raya Jakarta. Para penonton yang
didominasi cewek pada histeris.
Berteriak-teriak mengelu-elukannya.
Malah ada yang sempat menangis.
Mungkin saking hepi ‘en terharunya!
Gea enggak kalah senangnya.
Sejak di pintu masuk Gea udah merasa deg-degan. Dadanya bergetar hebat. Sebab seseorang yang ia tunggu-tunggu sejak
lama akan ia jumpai di konser itu!
Seseorang yang selama ini cuma bisa Gea lihat di layar kaca! Seseorang yang Gea impi-impikan! Siapa lagi kalo bukan Dao Ming Shi...!!!
Sayangnya, baru berada di pintu masuk yang antri itu, tiba-tiba perut
Gea terasa mual. Lantas penglihatannya
mendadak berkunang-kunang. Enggak lama
kemudian, tubuhnya sempoyongan...
“Gea, kamu kenapa?!” tanya Mia.
“Gea!! Gea!!!” Tika ikut panik.
Sementara itu penonton semakin membludak. Saling berimpit-impitan. Maklum, di kelas festival itu masing-masing
penggemar F4 pada berebutan berada paling depan! Gea yang tubuhnya sudah sangat lemah itu
jatuh pingsan karena enggak kuat berdesak-desakkan.
Akhirnya Gea dipapah security ke ruang medis. Tika
dan Mia kembali ke arena konser setelah tim medis menanganinya. Menurut tim kesehatan yang disiapkan panitia
konser itu, perut Gea kosong. Penyakit
maag Gea kambuh! Akibat maag dan
kelelahan itu, tubuh Gea melemah. Gea ambruk enggak sadarkan diri. Meski
begitu, tim medis mampu menanganinya.
Hanya saja, malangnya Gea enggak seperti penonoton konser lainnya. Sebab tim medis menyarankan agar Gea
istirahat saja. Kasihaaan deh, Gea..!
Bukan cuman Gea yang bernasib malang. Ada puluhan cewek yang terpaksa enggak bisa
menyaksikan konser, karena mesti pingsan seperti Gea.
***
“Udah, Gea! Semua ini bisa diambil hikmahnya. Lain kali elu mesti nguasain diri, biar
enggak terlalu nafsu ketemu A-se sampe
lupa makan!” Raya menasihati Gea, ketika
Gea sudah berada di rumah pada keesokan harinya.
“Elu bener, Ray.
Semua ini emang ada hikmahnya!
Sampai gua jatuh pingsan dan terpaksa enggak bisa nyaksiin konser itu,
ada hikmahnya juga!!”
“Kok?!” Raya ngerasa nggak enak hati. Padahal apa yang barusan ia ucapkan cuma sekadar ingin menyadarkan Gea, biar Gea enggak
terlalu shock atas kejadian itu.
Raya enggak bermaksud menyinggung perasaan Gea.
“Gea... gue enggak
bermaksud... menceramahi elu... Maksud gue tadi, mungkin lain kali kalo F-se
konser lagi, elu bisa benar-benar mewujudkan impian elu ketemu A-se!”
“Ray... elu pikir gue
tersinggung?! Apa yang elu omongin tadi,
pingsannya gue pas konser itu emang penuh hikmah! Selama ini gue emang terlalu memaksakan diri
buat ketemu sama idola gue itu.”
“Maksud elu?!”
“Tahu enggak, Ray. Waktu
gue pingsan, gue ngerasa ada sesuatu yang aneh menimpa diri gue. Seperti ada
seorang malaikat yang menegur gue!”
“Hah...!? Elu ditegur malaikat!?”
“Maksud gue, apa yang terjadi menimpa gue, ini sebuah
teguran! Kayaknya, gue emang terlalu berlebihan...”
“Jadi, elu sadar atas apa yang selama ini lu lakukan?”
“Iya, Ray. Setelah gue pikir-pikir, semua yang gue lakukan
ini ternyata cuma kamuflase! Jadinya, gue
nggak kecewa kok meski nggak ngeliat konser itu...”
“Elu nggak usah sedih, Gea. Biar nggak nonton konsernya,
A-se tuh perhatian banget sama elu!”
“Jangan ngeledek deh!”
“Ya ampun, Gea...
Enggak percaya?? Nih, foto di
koran jadi saksi!”
Gea mengeluarkan sebuah surat kabar yang meliput konser F4. Di koran tersebut, terpampang foto-foto
konser F4. Salah satunya Jerry Yan alias
Dao Ming Shi bersama-sama para penonton yang pingsan, termasuk Gea, diantara
orang-orang berseragam berlambang tim medis!
“Lho!?? Kok, gue nggak tau ya??”
“Jelas aja Gea! Pas Jerry Yan dateng, elu kan masih
pingsan!!”
“Hihihi... apes banget ya gue!!”***
*) Jakarta, Some day...
0 comments:
Posting Komentar