Oleh: Zaenal Radar T.
Dimuat: Harian POS KOTA, No. 13924, Minggu, 21 Agustus 2005
Dimuat: Harian POS KOTA, No. 13924, Minggu, 21 Agustus 2005
Gbr: kartunmania.com |
Di sebuah desa yang makmur, terdapat
dua anak bersaudara yang sudah yatim piatu. Yang satu pendek. Tinggi tubuhnya
hanya sebatas lutut orang dewasa. Orangtuanya memberi nama si Boncel. Sedangkan
adiknya, yang bernama Jangkung, tubuhnya sesuai dengan namanya, jangkung! Kalau
ia berdiri, orang dewasa hanya sebatas
pinggangnya.
Meskipun
dua bersaudara itu yang satu jangkung sekali dan satunya boncel alias pendek,
mereka hidup rukun. Bila musim panen buah-buahan tiba, Si Jangkung memetik
buah-buhan dengan tangannya langsung. Si Jangkung tidak perlu memakai tangga.
Karena tubuhnya yang jangkung, Si Jangkung dengan mudah memetik buah-buahan
seperti mangga, jeruk, apel, dan sebagainya. Sedangkan Si Boncel membantunya di
bawah, menyusun buah-buahan itu ke dalam keranjang.
Namun
suatu hari Si Jangkung tampak murung. Si Jangkung sedih memikirkan kenapa
tubuhnya jangkung. Hal itu membuat ia jadi tak bisa masuk ke rumahnya.
Begitupula Si Boncel. Si Boncel bersedih karena ia tak bisa mengambil
barang-barang yang tinggi seperti halnya si Jangkung. Kedua anak itu pun sedih
bersama-sama. Mereka meratapi nasib mereka.
“Bagaimana
kalau kita tukar diri kita saja. Kamu jadi jangkung, aku jadi pendek...?” tawar
si Jangkung pada si Boncel.
“Aku
setuju. Aku sudah bosan memiliki tubuh yang pendek seperti ini. Aku ingin
Jangkung seperti kamu!”
“Caranya
bagaimana, ya...?” desah Si Boncel. Nadanya putus asa.
Kemudian
keduanya bingung.
“Kita
berdoa saja pada Tuhan!” ujar si Jangkung.
Tak
lama kemudian keduanya berdoa. Dan keajaiban pun terjadi. Si Jangkung berubah
menjadi pendek. Si Boncel berubah menjadi Jangkung. Si Boncel dan Si Jangkung
pun bersorak kegirangan.
Tetapi
hal itu tidak berlangsung lama. Satu minggu kemudian, pada suatu malam, Si
Jangkung dan Si Boncel kembali murung di halaman rumah. Keduanya tampak sedih.
“Kamu
kenapa bersedih...?” tanya si Jangkung, yang tubuhnya telah pendek.
”Rasa-rasanya
aku selalu merasa risih kalau bicara dengan orang lain selalu menunduk. Leherku
pegal!” ujar si Boncel, yang tubuhnya jadi Jangkung.
“Sama
dong! Aku juga kalau bicara dengan orang
lain mesti mendongak ke atas! Rasanya tidak enak sekali!” ujar si Jangkung,
dengan nada kesal.
“Duh,
ternyata kita sama-sama tidak cocok. Kalau begitu, aku ingin sekali tubuhku
jadi pendek lagi seperti dulu...” Ujar Boncel.
“Aku
juga! Aku ingin jangkung!”
“Caranya
bagimana ya...?” tanya si Boncel.
Keduanya
berhenti sebentar.
“Kita
berdoa saja! Kita minta Tuhan mengembalikan keadaan kita seperti sedia kala!!”
usul si Jangkung.
Si
Boncel mengangguk senang. Keduanya berdoa.
Dan tak lama kemudian,
keadaan mereka seperti sedia kala. Si Jangkung menjadi Jangkung, dan Si Boncel
menjadi pendek. Mereka senang sekali. Dan, sejak saat itu, mereka tak pernah
menyesali diri atau mengeluh tentang tubuh mereka. Dan mereka tak pernah
berhenti bersyukur pada Tuhan, yang selalu mengabulkan doa-doa.*)
0 comments:
Posting Komentar