Cerita Pendek: Zaenal Radar T.
Sumber: Harian SEPUTAR
INDONESIA, Minggu, 13
November 2005.
Biduan dangdut itu terbengong-bengong ketika menyadari tak seorang penonton pun bertepuk tangan menyambutnya. Tidak seperti biasanya! Maklum, selama ini, ketika ia beraksi di bibir panggung, ketika pantatnya yang bahenol bergoyang-goyang di depan penonton, kontan seluruh penonton bersorak-sorai mengelu-elukanya. Tapi kali ini tidak!
Biduan dangdut
itu bingung. Penyanyi dangdut yang terkenal dengan goyangan mautnya itu baru
menyadari ketika keluar panggung. Setelah
meraba-raba pantatnya, ternyata pantatnya tepos! Sungguh, pantatnya benar-benar
tipis. Biduan itu langsung jatuh pingsan karena lupa memakai pantat buatannya!
“Ada apa ini?
Kenapa si Vivi Swara?! Kenapa?!” seorang lelaki bertubuh tambun yang tak punya rambut di bagian ujung kepalanya
bertanya.
“Anu pak
camat... eee... anu...”
“Anu, anu! Anu
apa?!”
“Itu... anunya
Vivi Swara... kempes!”
“Huah!!?”
Lelaki bertubuh
tambun yang tak punya rambut di bagian ujung kepalanya itu, yang disebut camat
oleh seorang asisten produser rekaman, langsung minta jalan pada orang-orang
yang mengerubungi si biduan dangdut Vivi Swara.
“Anunya si Vivi
kenapa, sih? Kenapa!?”
“Ini lho pak
camat. Pantat Vivi kok kempes, yah?!”
“Kalo itu saya
juga sudah tahu! Dari goyangannya saja nggak kayak biasanya! Kenapa bisa
begini, yah?!”
“Tolong deh
bapak periksa!”
Lelaki bertubuh
tambun yang tak punya rambut di bagian ujung kepalanya yang ternyata adalah
seorang camat penggemar musik dangdut itu pun meraba-raba bagian belakang Vivi Swara,
si biduan dangdut yang terkenal goyangan mautnya.
“Wah, wah...
ternyata benar! Benar-benar kempes!”
Semua orang
yang menyaksikan biduan dangdut malang bersama pak camat bertubuh tambun yang
sudah tak punya rambut di bagian depan kepalanya itu geleng-geleng kepala.
Mereka seolah menyayangkan kenapa biduan kesayangan mereka pantatnya ternyata
begitu tipisnya. Dengan demikian, mereka merasa
bahwa selama ini telah ditipu olehnya!
***
Vivi Swara
adalah seorang biduan dangdut kampung yang terkenal akan goyangannya. O’ya,
mengapa namanya Vivi Swara? Sebab karena ia sangat mengidolakan seorang
penyanyi dangdut kesohor yang memiliki nama belakang yang sama, yang sungguh
pandai sekali menggoyang-goyang pinggul dan pantat di depan para penonton. Oleh karena itulah, untuk menjadi seperti
penyanyi idolanya itu ia gigih menambal pantatnya untuk bisa menjadi biduan
dangdut top berpantat bahenol.
Sebab karena
goyangan mautnya itulah Vivi kini jadi penyanyi rekaman dan sering muncul di
acara pentas panggung. Ia bisa menggoyang-goyangkan pantat dan tubuhnya dengan
aduhai sambil mulutnya melantunkan syair-syair lagu dangdut. Suaranya memang
tidak begitu merdu, seperti penyanyi dangdut perempuan atau laki-laki di
tivi-tivi yang tampangnya cantik-cantik dan ganteng-ganteng tapi agak-agak fals
namun goyangannya yahud.
Sungguh Vivi Swara sangat
beruntung memiliki pantat bahenol buatannya itu hingga ketika bergoyang membuat
semua penonton terhenyak terkagum-kagum. Dan tidak mengherankan. Setiap nama
Vivi dipanggil ke atas pentas, penonton langsung berteriak-teriak kegirangan.
Langsung terbayang pada pantat yang akan bergoyang-goyang di depan pelupuk mata
mereka.
“Mau digoyang,
maaas...!??” tanya Vivi Swara dengan suara mendesah-desah, setiap kali sudah
berdiri di atas pentas. Penonton pun
langsung berteriak. “Mauuu...!”
“Maunya yang
pelan apa yang keras...!?”
“Yang
keraaas!!!”
“Batu... kali
keras, mas! Hihihi. Baik, saya akan bawakan sebuah lagu... Goyang Dombret!!”
Itulah ciri
Vivi Swara bila sudah berdiri di atas panggung. Ciri lainnya, seperti yang juga
dilakukan oleh biduan dangdut lainnya yang bila bergoyang dangdut begitu
aduhainya, adalah mengucapkan salam dengan teramat fasih pada para penonton: “ASYALAMU’ALAIKUM
WAROHMATULAHI WABARAKAAATUH! Makasih
abang-abang, mpok-mpok, nyak dan babeh,
yang jawab mudah-mudahan masuk syurga. Amin! Yang nggak jawab mudah-mudahan ditunjukkan ke
jalan yang benar!” begitulah kata Vivi Swara, sebelum menyanyi dan bergoyang.
Setelah itu, jreng, jreng, dut, dut, Vivi Swara menyanyi sambil tak lupa
menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, mengoyang-goyangkan pinggul ke kiri
dan kanan, serta atas bawah, seperti ular-ularan mainan anak-anak. Penonton pun
bersorak. Penggemarnya yang membludak ikut menghentak.
Di mana ada Vivi
Swara, di situ ada penggemar setianya. Setiap kali nama Vivi Swara disebut,
penonton langsung bergemuruh mengelu-elukan sang pujaan. Maka tak heran bila
akhirnya Vivi Swara di kontrak oleh seorang produser rekaman untuk membuat
album dangdut. Dan wajahnya pun kerap muncul di televisi. Dengan begitu,
kehadiran Vivi Swara semakin ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya bila ia
manggung di sebuah tempat.
Namun, kini,
setelah diketahui bahwa ternyata Vivi
punya pantat buatan, semua penggemarnya merasa kecewa. Mereka merasa
ditipu mentah-mentah oleh penyanyi pujaan hati mereka. Vivi sendiri hanya bisa
menangis karena para penggemarnya pada
akhirnya tahu akan ulahnya memakai pantat buatan. Dan ia sangat menyesal karena
malam ini lupa memakai pantat palsunya itu. Ia pun mencari-cari di mana pantat
palsunya itu berada.
“Aku rela
jariku hilang, asal bukan pantat-pantatanku itu! Huuu... uuu...” Vivi menangis
di ruang ganti, sambil meracau sendiri.
***
Seminggu kemudian, setelah shock
karena dicuekkin penggemarnya, Vivi berdiskusi dengan produsernya, yang tak mau
kehilangan penyanyinya cuma lantaran tak punya pantat bahenol. Mereka mencari jalan keluar untuk bisa
seperti dulu, agar Vivi bisa kembali menyanyi sambil menggoyang-goyangkan
pantatnya yang bahenol.
“Kalau begitu
Vivi akan saya kirim ke Singapura. Nanti kamu akan menjalani operasi pantat. Bagaimana?!”
usul sang produser.
“Vivi sih,
bagaimana baiknya saja. Yang penting Vivi bisa goyang seperti sedia kala!” ujar
Vivi dengan wajah sumringah.
“Oke kalau
begitu. Besok akan saya siapkan segala sesuatunya. Kamu siap-siap terbang ke
Singapur!”
Keesokan
harinya Vivi Swara diterbangkan ke Singapura untuk operasi pantat. Ternyata,
bukan sesuatu yang sulit bagi para dokter di sana untuk membuat pantat Vivi
Swara jadi besar, bahkan lebih besar dari pantat palsu yang pernah dibuatnya!
Sekembalinya dari Singapura, Vivi
Swara dijemput oleh para penggemarnya di bandara udara. Termasuk pak camat
bertubuh tambun yang bagian ujung kepalanya tak tumbuh rambut itu. Bandara
penuh oleh para pecinta dangdut, yang tak lain dan tak bukan para penggemar
setia Vivi Swara. Tak mengherankan sebab hal ini telah dikonsep sedemikian rupa
oleh sang produser, bahwa Vivi Swara yang dulu, yang goyangannya maut itu, kini
kembali menyanyi dan bergoyang seperti dulu lagi dengan pantat yang baru! Dan
sudah barang tentu bukan tambalan! Demi membuktikan kebenarannya, satu dua
wartawan pria dipersilahkan memeriksa pantat Vivi, asalkan tidak
dipencet-pencet. Terbukti kini pantat Vivi benar-benar asli bahenol. Bahkan
lebih bahenol dari yang disebut bahenol!
Di bandara itu
Vivi disambut dengan suka cita. Para wartawan, baik media cetak maupun
elektronik, berebutan mengambil gambarnya. Vivi Swara pun diminta melantunkan
sebuah lagu sambil bergoyang-goyang aduhai. Vivi menyanyi sambil menggoyang
pantatnya naik turun, membelakangi
kamera televisi, membelakangi tustel juru potret, membelakangi pak camat
bertubuh tambun yang bagian ujung kepalanya sudah tak berambut, memantati semua
orang yang menyaksikannya pantatnya bergoyang-goyang! Dan semua yang
menyaksikan ikut larut mengikuti goyang
pantat Vivi.
Keesokan
harinya, di sebuah acara infotainment televisi, di muka halaman sejumlah surat khabar, para penggemarnya
dapat menyaksikan kembalinya si goyang maut Vivi Swara. Tak ketinggalan di
layar internet kantor, perumahan, dan warnet-warnet, di situs www.viviswara.com,
para pengagum Vivi Swara dapat menikmati pose Vivi: memantati kamera. Dan sudah barang tentu
dengan pantat yang sesungguhnya aspal, alias asli tapi palsu!***
*) Pamulang, 2004/2005
0 comments:
Posting Komentar