Mamat Metro

Mamat Metro

Imam Kentut

Cerpen : Zaenal Radar T.


Sumber: Majalah SABILI,  No. 23, Th. VII, 02 Juni 2005, Rabiul Akhir 1426 H

 
illustrasi:: ACROMANIZA


Pak Saiman akhirnya perei jadi imam masjid. Meskipun jamaah memaksanya untuk terus menjadi imam, Pak Saiman menolak jadi imam lagi. Setidaknya untuk sementara. Sebab tiba-tiba beliau punya penyakit aneh. Suka keceplosan kentut. Kenapa disebut penyakit aneh, karena setelah memeriksakan ke dokter, ternyata dokter tak mampu mendiagnosa penyakitnya.

Jadi dokter tidak tahu?”

“Tidak.”

“Apa tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit saya ini?”

“Cobalah tanya pada dokter lain...”

“Saya sudah menghubungi sepuluh orang dokter sebelum berobat pada Anda. Semua menyerah...”

Dokter mengangkat bahu. Itu pertanda bahwa, mungkin dokter kali ini pun menyerah juga. Setelah itu, Pak Saiman pulang ke rumah. Sebelum keluar dari ruang dokter, pak Saiman kentut dulu sedikit. Duuut!  Tapi meski sedikit, baunya membuat dada sang dokter sesak. Aromanya itu lho...

Setibanya di rumah, istrinya menanyakan keadaan Pak Saiman. Namun sebelum bertanya, sang istri pasti sudah bisa menduga jawaban suaminya.  Karena Pak Saiman menekuk wajahnya berlipat-lipat.

“Bagaimana Pak? Apa dokter mampu menyembuhkan penyakit bapak...?” Bu Saiman bertanya dengan hati-hati. Suaranya sangat perlahan sekali, khawatir menyinggung perasaan sang suami. Saking pelannya, suara Bu Saiman hampir dikalahkan oleh bunyi kentut suaminya yang mendadak menggelegar. Dut... dut... dut...!

Pak Saiman tidak menjawab pertanyaan istrinya. Suara kentut itu sudah bisa dijadikan jawaban.

“Bersabar Pak. Semua penyakit itu cobaan dari Allah...”

“Ya Bu. Aku sudah bersabar. Aku sudah berdoa. Tetapi kenapa Allah kok tega-teganya memberikan penyakit memalukan seperti ini...? Aku ini kan imam masjid. Kalau begini caranya, aku tak mungkin bisa jadi imam lagi...”

Sudahlah Pak, kan masih banyak yang bisa menggantikannya...”

Pak Saiman menghela nafas. Pak Saiman menyadari, betapa beratnya meninggalkan tugasnya sebagai imam masjid. Selama ini Pak Saiman sudah mati-matian berjuang untuk bisa menjadi imam. Berbagai hal telah ia lakukan agar bisa menjadi seorang imam.

           Dua tahun lalu, Pak Saiman pensiun dari dunia politik, dan tak lagi menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Jujur saja, selama menjadi anggota Dewan, Pak Saiman mengaku pada istrinya kalau dia seringkali menggunakan uang negara untuk kehidupan pribadi. Bagaimana cara Pak Saiman menggunakan uang negara, Pak Saiman tak pernah menjelaskan pada istrinya. Dan istrinya tidak mau tahu. yang penting, tidak ketahuan. Dan di mata masyarakat nama beliau tetap harum.

 Untuk membayar apa yang telah ia lakukan di masa-masa lalu, Pak Saiman membangun sebuah masjid, sekaligus memperdalam ilmu agama pada seorang ustadz, hingga akhirnya ia menjadi imam masjid. Masyarakat yang tinggal bertetangga dengan Pak Saiman sangat membanggakan Pak Saiman. Pak Saiman adalah contoh bagi masyarakat lainnya, yang mempergunakan uangnya untuk kepentingan warga dan agama.

Menurut sebagian besar warga, pantas saja bila orang seperti Pak Saiman menjadi imam masjid. Selain sebagai penunjang dana untuk pembangunan masjid yang tidak sedikit mengeluarkan biaya, belakangan beliau banyak tahu soal agama. Ketika Pak Saiman diisukan akan diadili karena perbuatannya semasa menjabat menjadi anggota dewan, masyarakat melakukan unjuk rasa besar-besaran membela Pak Saiman.

“Pak Saiman orang yang baik! Pak Saiman itu imam masjid! Tak mungkin orang seperti dirinya melakukan korupsi!” ujar para pendemo yang membela Pak Saiman.

Dengan dukungan moril dari masyarakat, dan dengan cara lain yang Pak Saiman lakukan terhadap pengadilan, akhirnya Pak Saiman dibebaskan dari segala tuduhan. Pak Saiman bersyukur kepada Tuhan, karena dirinya bisa tertolong.

Namun kini, setelah dirinya merasa aman dari pengadilan, mendadak ia menderita penyakit yang memalukan. Pak Saiman selalu keceplosan kentut hingga ia tak bisa lagi menjadi imam masjid.

Ketika tengah sendirian, Pak Saiman mulai menyadari akan dirinya. Apakah penyakitnya ini kutukan dari Tuhan, berkenaan dengan hal-hal yang pernah ia lakukan di masa lalu?

***



Setelah beberapa pekan tidak menjadi imam masjid, tiba-tiba Pak Saiman tak pernah lagi keceplosan kentut. Pak Saiman jadi semangkin merasa heran.

“Jadi bapak sudah tidak kentut lagi?”

“Iya Bu, sudah dua minggu...”

“Alhamdulillah...”

“Berarti, besok bapak sudah bisa jadi imam masjid lagi...”

Pak Saiman mengangguk ragu.

Pada waktu salat Subuh, yang jamaahnya lebih sedikit dibandingkan waktu salat lainnya, Pak Saiman kembali menjadi Imam. Jamaah merasa senang, karena imam masjid mereka mau jadi imam lagi. Namun, belum selesai membaca surat Alfatihah pada rakaat pertama, Pak Saiman keceplosan kentut. Pak Saiman pun mundur ke belakang, digantikan dengan seseorang yang berada di posisi depan. Pak Saiman segera bergegas ke tempat wudhu, untuk kembali mensucikan diri. Jamaah pun tak heran kenapa imam mereka ke belakang. Sebab akhir-akhir ini imam beliau memang seringkali batal, karena keceplosan kentut.

***

Akhirnya, dengan amat terpaksa, Pak Saiman mengundurkan diri jadi imam masjid. Ia benar-benar emoh. Pak Saiman mengumumkan kepada para jamaah, bahwa ia berhenti menjadi imam masjid. Seorang ustadz pun diangkat menggantikan Pak Saiman menjadi imam masjid.

Setelah tak lagi menjadi imam masjid, ternyata, diwaktu berikutnya Pak Saiman tak lagi keceplosan kentut. Namun begitu, Pak Saiman tidak merasa heran. Pak Saiman menyadari akan apa yang tengah terjadi menimpa dirinya. Mungkin benar, kalau ia tengah mendapat ujian Yang Maha Kuasa.

Istrinya mempertanyakan, kenapa Pak Saiman berhenti menjadi imam, meskipun ia tak pernah lagi mendengar suara kentut seperti kemarin-kemarin. Pak Saiman menjelaskan: “Rasanya aku memang tak pantas menjadi imam masjid...”

“Tapi Pak, bukankah bapak sudah tidak kentut-kentut lagi...?”

“Ya, Bu. Bahkan, sudah hampir satu bulan, aku tak kentut-kentut...”

“Baguslah kalau begitu...”

“Bagus bagaimana, Bu. Perutku mulai kembung...!!!”

“Astagfirullah... Terus gimana dong, Pak?”

“Bapak juga tidak tahu, Bu... mungkin ini hukuman Tuhan buat Bapak...”

“Kalau begitu, segera pergi ke dokter, Pak...”



Diantar istrinya, Pak Saiman pergi ke dokter. Setelah diperiksa, dokter mengatakan kalau Pak Saiman sehat-sehat saja. Soal tidak kentut-kentut, dokter bilang mungkin Pak Saiman masuk angin. Pak Saiman tersenyum mendengar penjelasan dokter. Namun di dalam hatinya, Pak Saiman menyadari. Beliau semakin yakin, ini ajab dari Allah!***
                                                                                                                        *)Pamulang, 04/2005 





Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...