Mamat Metro

Mamat Metro

Menerbitkan Buku Kumpulan Cerpen

Oleh: Zaenal Radar T.

photo:zmescience.com


Perjalanan dari rumah menuju kantor memerlukan empat sampai lima kali tempat pemberhentian (semacam terminal, baik terminal kecil maupun besar). Jauh dan menjemukan, apalagi harus naik angkot atau bus kota. Berangkat kerja sekitar jam setengah enam pagi, dan harus sudah sampai kantor sebelum jam delapan! Kemacetan, keributan penumpang dan sopir angkot yang ngetem, kendaraan di sekitar yang ugal-ugalan, bertemu dengan penumpang yang itu-itu juga setiap hari, adalah pemandangan yang lumrah. Nah, selama dalam perjalanan itulah saya membaca cerpen-cerpen, baik buku kumpulan cerpen maupun cerpen-cerpen yang ada di koran atau majalah. Baik cerpen penulis dalam negeri maupun penulis luar. Dalam setiap hari, saya membaca minimal dua cerpen. Ini semacam target minimal. Terkadang lebih. Dan ini diselingi dengan membaca novel dan lainnya. Taruhlah saya membaca 2 cerpen saja, dikalikan enam hari (bekerja dari Senin-Sabtu), berarti 12 cerpen dalan seminggu. 12 dikalikan 24 (hari kerja dalam sebulan), hasilnya 288 cerpen. dikalikan tujuh tahun (masa terakhir kerja) berarti 2016 cerpen. Belum lagi ditambah membaca cerpen minggu, dan berlangganan empat sampai lima koran setiap minggu. Inilah cara saya belajar menulis cerita pendek, disamping senang sekali mengikuti workshop menulis cerpen dengan "penulis kesohor" negeri ini. 

Menurut saya ini semacam kuliah menulis, belajar dari karya orang lain. Tidak jarang saya menemukan para penulis menulis judul yang sama dengan penulis lain, atau bahkan tema dan isi yang sama! Haha. Seperti gelas yang akan luber kalau diisi air dengan penuh, mungkin otak saya yang penuh akan bacaan ini menggerakan saya untuk menulis. Menulis cerpen. Tidak perlu diceritakan bagaimana seorang pemula menembus sebuah media cetak. Eee... bisa dibilang penuh keringat, darah dan air mata. Hahaaa... sumpah! Barangkali banyak orang dengan mudah menulis di koran atau majalah, tapi buat saya ini sesuatu yang sulit dan seperti yang saya bilang tadi, berdarah-darah. Lebay, ya? Begitulah. Nah, cerpen-cerpen yang sudah dimuat di media cetak itu-lah yang akhirnya saya tawarkan ke penerbit-penerbit untuk dibukukan. Saya terinspirasi oleh penulis-penulis cerpen seperti Seno Gumira Ajidarma, Hamsad Rangkuti, dan penulis lainnya, yang membukukan cerpen-cerpen mereka dari cerpen yang pernah dimuat di media cetak. 
Buku buku cerpen remaja Zaenal Radar T.

Saya bersyukur karena cerpen-cerpen saya yang pernah dimuat di majalah KaWanku dibukukan dalam kumpulan cerpen KANTIN LOVE STORY, juga cerpen-cerpen yang dimuat di majalah GADIS, ANEKA YESS, dan lain-lain. Beberapa buku kumpulan cerpen saya pun terbit seperti, Bunda, Aku Jatuh Cinta, Cinderella Jakarta, Jerawatan dan lain-lain. 

Selain itu, saya juga menulis buku kumpulan cerpen-cerpen yang pernah dimuat di koran dan majalah, dan baru terhimpun di dua buku. Diantaranya, Harga Kematian dan Airmata Laki-laki. 


Kumpulan Cerpen Zaenal Radar T.

Masih banyak cerpen saya yang akan saya bukukan, dan semua sudah saya beri judul. Semua itu saya simpan di bank naskah, dan sewaktu-waktu akan saya ajukan ke penerbit kalau tiba waktunya. Kesibukan menulis skenario striping (tayang setiiap hari) sungguh membuat saya harus fokus pada satu bidang dulu. Karena menulis skenario sinetron butuh waktu khusus. Apalagi saya orang yang total dalam bekerja, demi profesinalisme! Hahaaa... Gaya banget, ya? Saking asyiknya nulis striping, sampai lupa bagaimana caranya menulis cerpen!! [*ZRT]


Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...