Mamat Metro

Mamat Metro

Pangeran Ompong

Oleh  Zaenal Radar T.

Sumber: Buku Kumpulan Dongeng "Pangeran Yang Takut Disunat" (Beranda, 2005)


gbr. www.pulsk.com



           Pangeran Hidayat dari kerajaan Jayakarta senang sekali berburu rusa. Ketika berburu ke hutan, Pangeran terjatuh dari kuda. Malangnya, gigi pangeran membentur bebatuan, sehingga bagian tengahnya ompong. Pangeran Hidayat sangat terpukul sekali atas kejadian itu. Pangeran yang gagah dan tampan jadi merasa tak lagi menarik karena memiliki gigi yang ompong.

“Sudahlah pangeran, Jangan bersedih. Yang penting pangeran selalu sehat walafiat,” nasihat Permaisuri, melihat kemurungan Pangeran.

“Ananda malu, Bunda Permaisuri...”

“Kenapa mesti malu?”

“Karena hamba ompong!”

“Pangeran tetap gagah dan tampan, meski bergigi ompong!”

“Apakah Putri Roswita calon istri ananda dari kerajaan Banten Selatan tak kecewa, bila tahu bahwa sekarang ananda ompong?!”

“Kalau itu ibunda tidak tahu...”

Ya, pangeran Hidayat dari kerajaan Jayakarta menurut rencana akan menikah dengan seorang putri cantik bernama Putri Roswita, dari kerajaan Banten Selatan. Keduanya pun sama-sama saling mencintai. Setelah beberapa kali melakukan pertemuan, keduanya sepakat untuk melangsungkan pernikahan. Kedua orangtua mereka pun sudah menyetujui rencana itu. Kerajaan Jayakarta dan Kerajaan Banten Selatan akan berbesan. Selain untuk menyambung tali persaudaraan, kedua kerajaan ini bermaksud untuk mempererat kerjasama kedua belah pihak kerajaan yang daerahnya saling berbatasan itu.

Namun, setelah giginya ompong, Pangeran Hidayat menjadi ragu bertemu dengan Putri Roswita. Pangeran Hidayat malu. Pangeran Hidayat yang gagah dan tampan sering sekali berdiri di depan cermin. Ia menatap wajahnya di cermin, lalau tersenyum sendiri. Oh, Pangeran Hidayat kecewa sekali karena senyumnya tidak seperti dulu lagi! Kini, setelah gigi tengahnya ompong, Pangeran Hidayat tak lagi mau tersenyum lepas seperti dulu lagi!

“Begini saja. Bagaimana kalau kita mencari ahli gigi untuk menangani gigi pangeran yang ompong ini?!” usul salah seorang perdana menteri.

“Setuju! Perintahkan seluruh menteri untuk mencari ahli gigi!” perintah Raja, mendengar usul dari perdana menteri.

Setelah itu pengumuman disebar ke seluruh pelosok negeri. Sayangnya, pihak kerajaan tak berhasil menemukan ahli gigi yang mampu menangani gigi pangeran Hidayat yang ompong tengahnya itu. Pangeran sangat sedih sekali. Apalagi mengingat acara pernikahan tak lama lagi akan dilaksanakan. Oleh karena itu, Pangeran Hidayat mengusulkan untuk menunda acara pernikahannya. Pangeran Hidayat khawatir Putri Roswita kecewa melihat penampilannya.

“Jadi bagaimana? Apakah kita harus membatalkan acara pernikahan itu?” tanya Raja pada para petinggi kerajaan, setelah mendengar bahwa Pangeran Hidayat tak mau bertemu dengan Putri Roswita karena giginya ompong.

“Ampun Ayahanda Raja, Ananda malu bertemu dengan Putri Roswita...” sela Pangeran Hidayat, dihadapan Raja dan sejumlah menteri kerajaan.

“Ayahanda tak tahu harus berbuat apa, Ananda Pangeran Hidayat. Membatalkan pernikahan itu sama saja mencoreng muka Ayahanda Raja...”

“Apakah Ayahanda tak malu bila semua orang tahu kalau Pangeran ompong?!” tambah Pangeran Hidayat.

“Ampun Baginda Raja dan Pangeran... kalau diperkenankan, mohon Baginda Raja dan Pangeran mau mendengarkan usul hamba...” tiba-tiba seorang menteri ikut bicara.

“Silahkan...” ucap Raja, memberikan kesempatan menteri untuk menyampaikan usulnya.

“Ampun Baginda Raja dan Pangeran. Menurut hamba, sangat memalukan bila kita membatalkan pernikahan Pangeran tanpa sebab yang jelas. Hamba khawatir pihak kerajaan Banten Selatan menduga kalau kita tak mau menjalin tali persaudaraan yang telah kita sepakati dulu. Menurut hamba, kalau sekiranya Pihak Kerajaan Jayakarta hendak membatalkan pernikahan itu, kita harus berterus terang pada Kerajaan Banten Selatan apa yang terjadi menimpa Pangeran Hidayat...”

“Ampun Ayahanda Raja dan para menteri yang setia. Rasanya kita tidak mungkin mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi menimpa hamba! Hamba rasa kita harus merahasiakan hal ini, karena hamba malu bila Putri Roswita tahu hamba ompong..! Ampun Baginda Raja dan para menteri...” Pangeran Hidayat membungkukan tubuhnya di depan Raja dan para menteri, seolah minta permohonannya dikabulkan.

Baginda Raja mengeleng-gelengkan kepalanya. “Kita tidak mungkin berbohong, Pangeran.  Kita harus jujur mengatakan apa  yang sesungguhnya terjadi...” ujar Raja, dengan suara yang teramat berat.

Semua yang hadir diam. Mereka tunduk kepada perkataan Raja.

Keesokannya dikirimlah surat untuk kerajaan Banten Selatan, yang isinya berbunyi, “Pangeran Hidayat menunda pernikahan dengan Putri Roswita, karena giginya ompong.”

Membaca surat itu, pihak kerajaan Banten Selatan merasa geli. Mereka membalas surat itu, yang isinya: “Kerajaan Banten Selatan menolak isi surat itu. Sebab Putri Roswita menerima keadaan Pangeran Hidayat, meskipun Pangeran ompong!”

“Jadi Putri Roswita menerima keadaan hamba yang ompong ini..?!” tanya Pangeran Hidayat, kepada utusan dari Kerajaan Banten Selatan yang diutus untuk menjawab isi surat itu.

“Benar yang mulia, Pangeran Hidayat. Putri Roswita tak keberatan meski Pangeran Hidayat bergigi ompong!”

Betapa gembiranya hati Pangeran Hidayat. Ternyata Giginya yang ompong tidak membuat goyah pendirian Putri Roswita, untuk menerimanya sebagai suami. Dan pernikahan pun dilaksanakan sesuai waktu yang disepakati.

Pernikahan berjalan dengan khidmat. Kedua mempelai, Pangeran Hidayat dan Putri Roswita, terlihat sangat serasi. Putri Roswita menyambut para tamu dengan senyum manisnya. Sebaliknya, Pangeran Hidayat hanya mengangguk memberikan hormat. Ia tidak mau tersenyum lepas  sebagaimana Putri Roswita, sebab khawatir giginya yang ompong terlihat.***


Share on Google Plus

About zaenal radar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Cowok Romantis

Cerpen  Zaenal Radar T. Dimuat majalah Gadis , No.30   11-20 November 2008 gbr: premiumtours.co.uk Bagiku, Palris cowok rom...