Cerpen Zaenal Radar T.
Dimuat majalah Bravo!, Vol.2 / No. 17
Dimuat majalah Bravo!, Vol.2 / No. 17
Gbr: fjb.kaskus.co.id |
Rafi membuat celengan dari bekas kaleng susu. Tapi Ibunya melarang,
karena Rafi sudah punya celengan semar yang pernah dibelikan oleh Ayahnya.
Selain itu, menurut Ibu, bila Rafi punya uang lebih, ia bisa menggunakan buku
tabungannya.
“Ini lain, Bu! Ini
celengan dari kaleng susu! Kan sayang
Bu, daripada bekas kaleng susu ini dibuang, lebih baik digunakan untuk
celengan!” Rafi beralasan, ketika Ibunya protes.
“Kamu benar, Raf.
Tapi apa nggak ada cara lainnya, selain untuk celengan? Misalnya, untuk menaruh pensil? Untuk pot bunga? Atau... untuk menaruh mainan kamu yang
kecil-kecil...?”
“Rafi kan sudah punya tempat pensil,
Bu. Pot bunga juga sudah ada. Kaleng susu ini cocoknya buat celengan, Bu.
Tinggal diberi lubang atasnya, untuk memasukkan uang!”
“Ya sudah, terserah kamu deh!” Ibu menyerah.
Keesokan harinya Rafi sudah memiliki celengan dari bekas
kaleng susu. Rafi menyuruh Mang Udin, lelaki setengah baya yang biasa merawat
tanaman hias di halaman rumahnya.
Setelah itu, Rafi memasukkan uang sisa jajannya ke dalam
celengan bekas kaleng susu itu. Sehingga ia tak pernah lagi menyimpan uangnya
di celengan semarnya, atau menabung di sekolah. Karena celengan kaleng susunya
lebih menarik perhatiannya. Dan satu hal
lagi, ia hanya memasukkan uang kertas saja. Sebab menurutnya, uang logam itu
berat. Jadi, sebelum memasukkannya ke dalam celengan kaleng susu, Rafi
menukarkan uangnya lebih dulu dalam bentuk kertas.
Sebulan kemudian, Rafi menunjukkan pada Ayah dan Ibunya,
celengan dari bekas kaleng susunya yang akan ia penuhi dengan uang.
“Kok, masih ringan sekali celengannya!” ujar Ayah.
“Iya, nih! Jangan-jangan nggak pernah diisi, yah...?!”
terka Ibu, sambil mencibirkan mulutnya.
Rafi tidak menanggapinya. Rafi akan memberikan kejutan pada
Ayah dan Ibunya, bahwa celengan dari keleng susu itu ringan karena hanya diisi
dengan uang kertas. Rafi merahasiakannya sampai celengan kaleng susu itu
benar-benar penuh!
Dua bulan berikutnya isi celengan Rafi semakin banyak.
Namun celengan itu tetap ringan, tidak seperti celengan yang diisi uang logam.
Rafi membawa-bawa celengan kaleng susu itu karena senangnya.
Namun suatu malam, Rafi lupa menaruh celengan kaleng susunya.
Ia mengingat-ingat, apakah celengannya itu disimpan di ruang tengah, di
kamarnya, di dapur, atau... ya namanya juga lupa! Lupa kan tidak ingat!
“Jadi kamu tidak ingat dimana menaruh celengan kamu itu?”
selidik Ayah, setelah mendengar pengaduan Rafi.
“Hilang juga tidak apa-apa, Raf. Kan isinya belum banyak!”
sela Ibu.
“Celengannya sudah hampir penuh, Bu!”
“Kok, waktu Ibu angkat kemarin masih ringan sekali!”
“Anu Bu, ee... isinya kan bukan uang logam. Tapi uang kertas!!”
Beberapa saat lamanya mereka terdiam. Rafi tampak
pasrah. Ia menyesal telah menaruh
celengan kaleng susu itu sembarangan.
Lalu Bapak memanggil Bik Onah dan Mang Udin. Ayah ingin
bertanya, apakah mereka melihat celengan bekas kaleng susu milik Rafi.
“Saya tidak lihat, tuan,” ujar Mang Udin.
“Mbok Onah gimana? Lihat tidak?” tanya Ayah pada Bik Onah.
“Kaleng susu den Rafi kan banyak. Bik Onah tidak
memperhatikannya. Tadi saya sempat beres-beres, dan membuang beberapa kaleng
susu yang ada di dapur!”
“Hah!!? Kayaknya celengan kaleng susu itu Rafi taruh di
dekat dapur...?” Rafi akhirnya ingat.
“Wuahh... jangan-jangan... yang tadi bik Onah buang ke
tempat sampah. Tapi, kok sepertinya kaleng susu yang Bik Onah buang itu tidak
ada isinya!??”
“Tidak salah lagi! Pasti kaleng susu Rafi dibuang Bik
Onah!”
“Ya sudah, sudah! Sekarang kita cari!!”
Mang Udin segera berlari ke tempat sampah. Diikuti oleh
yang lainnya. Mereka mencari-cari celengan bekas kaleng susu itu. Setibanya di
tempat sampah, Mang Udin dan Rafi menemukan tiga buah kaleng susu yang sudah
terbungkus oleh plastik sampah. Dan benar saja, salah satu diantaranya adalah
celengan kaleng susu milik Rafi!
“Untung belum diangkut petugas sampah!” ujar Mang Udin.
“Iya, ya. Lain kali kalau menaruh barang berharga itu
jangan di sembarang tempat, ya Raf,” ujar Ayah.
“Baik, Yah.”
“Lebih baik uang itu kamu simpan di tabungan sekolah, biar
aman!” saran Ibu.
“Ya, ayah setuju. Menyimpan uang itu harus ditempat yang
aman!” tambah ayah.
Malam itu juga Rafi membuka celengan kaleng
susunya. Ia akan menyimpannya di tabungan sekolah, biar tidak merasa khawatir
hilang lagi.***
0 comments:
Posting Komentar