Oleh: Zaenal Radar T.
Sumber: Majalah anak-anak MOMBI, No.24 TH.XI, 22 Agustus 2003
Sumber: Majalah anak-anak MOMBI, No.24 TH.XI, 22 Agustus 2003
gbr: dnamora.wordpress.com |
Paman Markum memberi hadiah celengan
ayam. Celengan itu terbuat dari tanah
liat. Ukurannya seperti ayam kate
tetanggaku. Meski begitu, berat sekali.
Dan aku menaruhnya di atas meja belajar.
Bila aku punya uang lebih, kumasukkan ke dalam celengan itu. Terutama uang logam.
Semakin lama celengan itu semakin
berat. Mungkin karena isinya semakin
banyak. Dan benar saja. Pada suatu hari celengan itu tak bisa lagi
kumasukkan uang logam.
“Coba nanti ayah periksa,” kata ayah.
“Pasti isinya sudah penuh!” terka ibu.
Dan ayah pun mengangkat celengan
ayamku. Hup! Tampaknya ayah tak kuat
mengangkatnya!
“Wah, wah, berat sekali!”
kata ayah, sambil tertawa. Ayah pasti
pura-pura tak kuat mengangkat celengan ayam itu.
“Kita bongkar saja, ya?” usul ayah.
“Jangan yah! Nanti uang Danu disimpan di
mana?” kataku.
“Gampang! Di simpan di bank!” jawab ayah,
sambil meletakkan kembali celengan ayamku. ***
0 comments:
Posting Komentar