Oleh Zaenal Radar T.
Sumber: Majalah BOBO, Th XL. 10 Januari 2013
Sumber: Majalah BOBO, Th XL. 10 Januari 2013
Sudah lebih dari sepuluh tahun Pak Wiguno menjadi tukang
cukur raja. Sebagai tukang cukur raja, menurut teman-temannya, seharusnya Pak Wiguno bangga. Sebab
raja hanya tunduk kepada tukang cukurnya. Kalau tukang cukur bilang raja
menunduk, maka raja pun menunduk. Karena kalau tidak menunduk, hasil cukurnya
jadi kurang baik. Kalau tukang cukur bilang raja harus miring ke kiri, maka
raja pun miring ke kiri. Sebab kalau tidak, hasil cukurannya tidak rapih.
Sebagai tukang cukur raja, hidup Pak Wiguno makmur karena
setiap bulannya mendapat upeti yang lumayan besar dari kerajaan. Tetapi sebenarnya
Pak Wiguno
tidak enak hati karena terkadang dia tak mencukur sama sekali dalam sebulan.
Itu artinya, dia mendapat gaji buta. Tidak bekerja, tetapi dapat gaji.
Apalagi yang terjadi belakangan ini. Sejak setahun lalu,
rambut raja botak. Rambut raja rontok dan tidak pernah tumbuh lagi. Itu
artinya, sebagai tukang cukur raja, Pak
Wiguno tak pernah lagi mencukur. Hanya Pak Wiguno dan orang-orang
kepercayaan kerajaan yang tahu kalau raja sudah botak. Sebab selama ini, kalau
raja bertemu rakyatnya, raja selalu menutupi kepalanya dengan mahkota. Rakyat tak pernah tahu kalau rambut
rajanya sudah tak ada.
Suatu hari, Pak
Wiguno menghadap perdana menteri. Pak Wiguno akan
mengundurkan diri dari pekerjaanya sebagai tukang cukur raja. Pak Wiguno tak enak hati
memegang sebuah jabatan, sedangkan dia tak pernah benar-benar bekerja. Tetapi
perdana menteri tidak menyetujui keinginan Pak Wiguno.
“Maaf perdana menteri, hamba tidak bisa melanjutkan tugas hamba...”
ujar Pak Wiguno
sekali lagi, kepada perdana menteri.
“Pak Wiguno, kalau tukang cukur raja berhenti, rakyat akan tahu rajanya
tidak pernah mencukur. Nanti mereka akan curiga kalau raja sudah tidak punya
rambut lagi.”
“Lho, kenyataanya memang begitu, kan?” ucap Pak Wiguno lagi.
“Pak Wiguno, atas nama kerajaan, saya meminta bantuan bapak agar merahasiakan
semua ini dari rakyat. Raja sangat tertekan setelah tidak punya rambut. Paduka
malu sekali! Untuk menghilangkan rasa malu paduka, maka kamu harus tetap
menjadi tukang cukurnya!”
Pak Wiguno
nampak berpikir. Pak Wiguno akhirnya menyadari akan ucapan perdana menteri yang
menginginkannya tetap menjadi tukang cukur raja.
“Baiklah. Kalau begitu, demi raja yang saya cintai, saya
tidak jadi mengundurkan diri.”
Demikianlah. Pak
Wiguno akhirnya tetap menjadi tukang cukur raja. Pak Wiguno memiliki
pekerjaan tetapi tak pernah bekerja. Tukang cukur raja yang tak pernah lagi
mencukur karena raja sudah tak punya rambut lagi.
***
Suatu waktu, seperti yang terjadi setiap dua tahun sekali, kerajaan menggelar sebuah pertandingan bela diri.
Setiap kali acara pembukaan diadakan, raja selalu membuka acara dengan
memperlihatkan jurus-jurus silatnya. Tetapi ketika waktu penyelenggaraan
semakin dekat, raja menjadi murung.
Ketika perdana menteri menanyakannya, raja mengatakan bahwa
dia mungkin tak mampu lagi membuka acara pertandingan bela diri itu. Sebab
kalau nanti baginda raja melakukan jurus-jurusnya, khawatir kepalanya akan
terlihat dan semua yang melihatnya akan tahu kalau beliau tak lagi punya
rambut!
Pak Wiguno pun
dipanggil perdana menteri. Pak Wiguno diminta pendapatnya. Pak
Wiguno tentu bingung, karena seumur hidupnya dia hanya
mencukur rambut, bukan menumbuhkan rambut. Akhirnya perdana menteri memutuskan,
bahwa dia akan membunuh salah satu rakyat untuk diambil kulit kepalanya, dan
akan dikenakan ke kepala raja yang gundul.
Pak Wiguno
tentu tak tega mendengar usul perdana menteri yang disetujui seisi istana.
Hanya Pak Wiguno
yang tidak setuju. Pak Wiguno pun mendapat dukungan dari raja, yang juga tak menyetujui akan
pendapat perdana menteri. Raja pun meminta pendapat Pak Wiguno, bagaimana agar
dia bisa membuka acara pertandingan bela diri dan bisa memperlihatkan rambutnya
di depan rakyat banyak.
Akhirnya Pak Wiguno menemukan ide. Pak Wiguno meminta kepada putra mahkota yang berambut panjang agar memotong
sebagian rambutnya, yang nantinya akan digunakan sebagai wig atau rambut palsu. Perdana menteri awalnya tak setuju. Karena
dia sangat menyayangi rambutnya yang panjang. Tetapi demi raja yang sedang
sedih, putra mahkota pun merelakan rambutnya dipangkas Pak Wiguno.
Setelah sebagian rambut pangeran dipotong, Pak Wiguno membuat rambut
palsu yang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kepala baginda raja. Setelah
rambut palsu tersebut dikenakan ke kepala raja, semua penghuni istana
terkesima. Karena mereka menemukan rajanya yang kembali memiliki rambut!’
Acara pembukaan pertandingan olahraga puh dilaksanakan.
Raja membuka acara. Raja memperlihatkan jurus-jurus mautnya di depan semua
peserta. Seluruh hadirin takjub dan bangga memiliki raja yang begitu tangguh
dan hebat. Semua yang melihatnya tak pernah menyadari jika rambut yang
dikenakan sang raja rambut buatan.
Sejak saat itulah, Pak Wiguno dikenal raja dan seisi istana sebagai
ahli rambut palsu. Sampai akhirnya berita ini menyebar ke seluruh pelosok
negeri, dan rambut palsu digunakan bagi siapa saja yang tak lagi memiliki
rambut. Sebagai rasa hormat, rambut palsu itupun dinamakan “Wiguno”. Tetapi belakangan, nama Wiguna disingkat menjadi Wig! Pernahkan kalian mendengar kata ‘Wig’? Yang
artinya rambut palsu…? ***
0 comments:
Posting Komentar