*) Zaenal Radar
Roger jadi panas saat mendengar kabar teman-teman santri Ustadz Sobrak pada berdatangan ke rumah Ustadz Sobrak. Mereka pasti alim semua. Jago ngaji. Dan yang pasti, bakal merebut hati Tabita, adiknya Ustadz Sobrak yang selama ditaksir Roger.
![]() |
Gbr: iqbalsurvivor.blogspot.com |
"Tenang Bang Roger. Abang jangan mau kalah. Abang kudu bersaing sama mereka!" Dika menyemangati.
"Sesepuluh!"
"Maksud lo apa, Zumi?"
"Sesepuluh itu lebih banyak daripada setujuh! Jadi mulai ni hari, Bang Roger kudu ngerobah penampilan! Abang kudu terlihat kayat orang yang alim, yang pinter ngaji, yang jago ceramah. Kayak temen-temen santrinya Ustadz Sobrak!" cerocos Zumi, tak kalah semangat.
"Tapi orang yang alim itu pegimana, ya...?" Roger malah bingung. Lalu melintas seorang lelaki setengah baya, dia memakai gamis dan terlihat berwibawa. Saat bersamaan, Bang Wildan, marbot mushola, datang mendekati Roger Cs.
"Eh, coba lo liat. Itu Kyai Amrullah. Baru pulang dari Yaman. Keren, ya. Pasti ilmunya tinggi. Dia juga pasti rajin solat, liat aja jidatnya sampe item gitu" ujar Bang Wildan pada Roger Cs. Roger Cs terus memperhatikan kyai Amrullah. Saat itulah terbetik ide brilian Roger. Dia berkesimpulan, tanda orang yang alim dan rajin beribadah itu jidatnya item!
Malam itu juga Roger minta pendapat pada Dika dan Zumi, di pos ronda, saat semua orang pada nyenyak tidur. Dika berpendapat, supaya jidat Bang Roger cepet hitam, kalo solat ruku-nya yang lama. Dika malah beda pendapat, "Mendingan jidat bang Roger sering-sering aja dipentogin ke tembok. Dijamin cepet item, Bang!"
Roger akhirnya mengajak Dika dan Zumi ke mushola. Bukan dalam rangka tadarusan atau solat tahajud bersama-sama, tapi mengusahakan bagaimana supaya minggu ini jidat Bang Roger jadi hitam.
Setelah dilakukan berbagai cara, termasuk sujud dalam waktu yang lama dan jedodin kepala ke tembok, atau senam jidat menempel di ubin dan kaki di atas, ternyata jidat Roger tidak menjadi hitam!
Waktu yang dinanti-nanti tiba. Ustadz Sobrak dan Tabitha bersiap menerima tamu teman-teman santri Ustadz Sobrak untuk berbuka puasa. Tabita sudah memesan makanan enak. Zumi dan Dika sudah tiba lebih awal, dan mereka kebingungan karena Bang Roger belum juga muncul. Sementara itu, teman-teman Ustadz Sobrak umumnya berpenampilan sederhana, hampir semua mengenakan peci, dan umumnya memakai baju kemeja batik atau baju koko. Tidak seperti yang dibayangkan Roger Cs, yang mengira kalau teman-teman Ustadz Sobrak penampilannya bergamis dan ala ala orang Arab gitu.
Tak lama kemudian, Bang Roger datang. Bang Roger memakai baju gamis, mengenakan sorban, peci putih, dan terlihat keningnya yang hitam. Dika dan Zumi terkejut, sementara Ustadz Sobrak dan Tabitha keherenan.
"Masya Allah, Bang Roger jidatnya udah item? Alim banget keliatannya..." ujar Dika, takub pada penampilan Roger.
"Eh, iya tuh! Tapi pake apa, ya...? Kok bisa item gitu...?" Zumi menimpali.
"Assalamu'alaikuuummm!" ujar Bang Roger, semua menjawab salam. Roger lalu senyam-senyum ramah dan tampak berwibawa yang dibuat-buat.
"Roger...?" Ustadz dan Tabitha berkata lirih, hampir berbarengan.
"Baiklah teman-teman semua. Kayaknya semua udah pada kumpul, sebentar lagi kita tausiah bareng ya. Sambil kita reuni. Yang belum wudhu silahkan wudhu dulu. Ntar kita lanjutkan dengan ngebahas hadits dan quran. Jadi kagak sekedar reuni, nih. Kita bakalah dapet ilmu lagi. Insya Allah. Terus kita tutup dengan buka puasa bersama, dan solat tarawih berjamaah ya..."
Semua mengangguk. Dika dan Zumi mengikuti langkah Roger ke belakang, ke arah kran.
"Bang... Bang Roger..."
"Bang... tunggu, Bang..."
"Sssttt... ente jangan bang beng bang beng aja, dong... panggil ane akhi... atawa Ustadz..." ujar Roger sambil melotot.
"Haaahhh...?! Masya Allah...??" Dika dan Zumi melongo heran.
Sebagian berwudhu, sebagian lagi tidak, karena ada yang masih punya air wudhu. Sedangkan Roger wudhu paling belakang, karena menurutnya orang alim kalau wudhu paling lama. "Banyak bacaanya!" kata Roger pada Dika dan Zumi. Dika dan Zumi kaget dan terperangah melihat wajah Roger yang hitam.
"Kenapa, ya?'
"Jangan-jangan jidatnya yang item luntur?"
"Kok, bisa??"
"Bisa aja. Coba aja perhatiin jidat yang tadinya item berobah jadi biasa lagi. Terus mukanya pada item kena lunturan...."
"Sssttt, Dika... jangan keras-keras. Ntar Bang Roger marah..."
Roger datang dengan wajah yang luntur, membuat Ustadz Sobra, Tabitha dan lainnya melongo.
"Roger, muka ente kenapa?"
"Eh.... anu, eee... emangnya kepana, Tadz? Pangling, ya? Keliatan item, ya? Apa karena ane banyak sujud kali ya...?"
"Bukan soal itu, Roger. Muka ente item kayak kena lunturan tinta. Coba ente ngaja, deh...!"
Roger terkejut. Dia langsung pergi ke depan, dan berusaha bercermin. Dika dan Zumi memperhatikannya dari kejauhan. Roger langsung menepuk keningnya.
"Mati gueee...!! Kayaknya tinta spidol gue luntur!"
Dika dan Zumi cekikikan melihat tingkah Roger.
"Niatnya mau pamer sebagai orang alim, tapi malah dapet maluuuu..." bisik Zumi pada Dika.
Tanda orang beriman adalah keningnya hitam
(krn bnyk bersujud wkt shalat) – ungkapan/pendapat salah kaprah di masyarakat.
0 comments:
Posting Komentar