*)Zaenal Radar
Saat sahur tiba, Roger menumpang sahur di rumah Ustadz Sobrak. Dika dan Zumi tidak mau ketinggalan, ingin memperbaiki gizi. Roger senang, karena dia akan bisa lebih lama bertemu dengan Tabitha Sayangnya, itu cuma mimpi. Karena saat itu Tabitha lagi menginap di rumah saudara.
![]() |
Gbr: balicaringcomunity.org |
Malam itu Ustadz Sobrak menyiapkan banyak sekali makanan. Makanan ini merupakan pemberian dari sahabatnya, seorang pengusaha rumah makan Padang. Selain nasi putih yang panas berkepul-kepul, tersedia ayam pop, tunjang, kikil, rendang, telor bulat, sambal ijo, dan sayur sop. "Serasa di rumah makan Padang, nih..." ujar Zumi. Ya jelas saja, memang makan sahur gratis kali ini mereka menikmati hidangan masakan Padang.
Sobrak Cs makan tak terkendali, makan dengan cepat dan rakus. Hal membuat Ustadz Sobrak geleng-geleng kepala.
"Ente kalo makan yang eling sedikit, dong?" tegur Ustadz Sobarak, membuat Roger dan lainnya tersentak.
"Ustadz pikir kita-kita gila, apa?"
"Bukan begitu, Roger. Makan tuh ada adabnya. pelan-pelan aja. Jangan kayak orang kelaparan begitu."
"Kita-kita emang kelaparan, Pak Ustaadz," kali ini Dika ikutan komentar. Ustadz langsung terdiam, dan semua makan sahur dengan... gaduh.
Selepas makan, Roger Cs memegangi perut masing-masing karena kekenyangan. Ustadz Sobrak kembali geleng-geleng kepala. Lalu pintu diketuk dari luar. Bang Wildan masuk menemui Ustadz Sobrak.
"Bang Wildan, itu makanan di belakang tolong di kasih ke tetangga sebelah. Bilang dari saya."
Bang Wildan, yang sehari-hari jadi marbot mushola, mengangguk. Sebelum dia ke luar membawa makanan, Bang Wildan sempat melongok Roger Cs yang masih duduk, karena berat buat bangkit akibat kekenyangan.
"Waduuuh, roman-romannya pada pewe semua? Jarang makan enak kali ya, kaget pas ketemu makanan lezat?"
Roger melotot, Bang Wildan buru-buru ke luar.
Roger lalu menatap Ustadz yang sudah bersiap pergi dari meja makan, "Pak Ustadz, kenapa makanan itu dikasih ke tetangga?
Ustadz tersenyum dan menjawab,"Ingat Roger, dalam sebuah hadits disebutkan, bukanlah termasuk orang mukmin, yang dirinya kenyang sementara tetangganya dalam keadaan lapar."
Roger melongo, dia melirik ke arah Zumi dan Dika. Kedua anak muda tanggung itu sudah mendengkur...
***
Dika dan Zumi heran dengan ajakan Roger. Sore ini Roger akan mendatangi gubuk pemulung, untuk memberikan makanan. Gubuk pemulung ini menurut Roger, tetangga yang cocok untuk diberikan makanan buat buka puasa. Roger membawa nasi putih, sayur asem dan telor dadar. Roger bilang ke Dika dan Zumi, "Bukan seorang mukmin kalau diri kita kenyang, tetapi tetangga kita dalam keadaan lapar! Paham lo...!?"
"Eh, kata siapa, Bang?"
"Makanyaaaa, jangan molor terus! Semalem Ustadz Sobrak yang bilang, waktu makan sahur!"
Dika dan Zumi saling tatap, keduanya nampak heran.
"Kagak usah pake bengong gitu! Elo berdua lagi ngelindur, jadi kagak tahu apa yang diomongin Ustadz Sobrak!:
Tak lama kemudian ketiganya sampai di depan gubuk pemulung. Gubuk ini tidak terlalu besar, luasanya hanya seukuran kamar standar. Roger berdiri di depan gubuk sambil memegangi rantang. Para pemulung kaget saat melihat kedatangan Roger. Semua bersembunyi, kecuali lelaki yang lebih tua dari lainnya. Lelaki tua itu tersentak saat Roger bilang dia datang membawa makanan buat buka puasa. Lelaki tua itu lalu berteriak kepada anak-anaknya, juga istrinya, untuk menyambut kedatangan Roger Cs.
"Terima kasih atas kedatangan saudara sekalian. Kalau begitu mari kita buka puasa bareng aja."
"Oh, terima kasih Pak," Rojer menolak. Tapi Lelaki Tua itu menahannya.
"Ayo masuk! Sari, tolong keluarkan makanan buat buka," teriak Lelaki Tua. Roger masuk diikuti oleh Dika dan Zumi ke dalam gubuk yang tidak terlalu luas itu.
Lalu seorang perempuan berbaju lusuh mengeluarkan nampan berisi banyak makanan. Diikuti oleh tiga anak kecil yang membawa makanan lainnya. Roger Cs kaget saat melihat makanan itu. Ada sate, sop buntut, kornet, sosis bakar, iga bakar, dan nasi putih yang masih mengepul.
"Silahkan Nak, selamat menikmati hidangan yang sederhana ini."
Roger, Dika dan Zumi menelan ludah.***
*)[Alhadits] : "Bukanlah termasuk orang mukmin, yang dirinya kenyang sementara
tetangganya dalam keadaan lapar" (HR Bukhori).
0 comments:
Posting Komentar